Rabu, 04 Februari 2009

Tangsel


Gubernur Kecewa Dengan Ismet

KOTA TANGSEL – Gubernur Banten Rt Atut Chosyiah mengaku sangat kecewa dengan Bupati Tangerang Ismet Iskandar yang kerap tidak hadir dalam acara-acara penting untuk membahas Kota Tangerang Selatan. Beberapa kali diundang bupati selalu tidak datang. Bahkan, ketika membahas nama-nama Penjabat Walikota, Ismet juga tidak datang.
Hal tersebut diangkapkan Atut menanggapi ketidakhadiran orang nomor satu di Kabupaten Tangerang tersebut saat Tasyakuran Kota Tangerang Selatan di Kantor Kecamatan Ciputat, Selasa (3/2) malam.
“Ibu sudah beberapa kali mengundang bupati untuk duduk bersama membahas pembangunan di Kota Tangerang Selatan. Tapi, tetap saja bupati tidak datang. Yang datang selalu saja wakilnya (Rano Karno-red),” tegas Atut seraya mendoakan Rano Karno dapat menjadi seorang bupati.
Dikatakan Atut, provinsi kesulitan untuk membahas program kerja bagi Penjabat Walikota jika Bupati tidak datang. Sedangkan wakilnya tidak dapat mengambil keputusan.
"Saya bingung ini, Bupati sebenarnya siapa? kok selalu Rano Karno yang hadir," ucapnya seraya melirik ke arah Rano Karno.
Ketika ditanya kemungkinan Ismet Iskandar masih belum menerima karena Penjabat WaliKota-nya bukan dari orang pilihannya, Atut berkilah.
"Saya tidak akan memasuki wilayah itu, saya kira itu hak dia. Namun suka tidak suka, semua itu sudah mengikuti perundangan dan mekanisme yang benar," terangnya.
Atut berharap, ketidakhadiran bupati ketika duduk bersama membahas Kota Tangerang Selatan tidak akan menghambat pembangunan wilayah yang disahkan akhir tahun lalu. Selama, wakilya dapat menggantikan bupati, tidak akan menjadi masalah.
Rano Karno mengatakan, ketidakhadiran bupati setiap diundang gubernur hanya persoalan komunikasi saja.
“ini merupakan bentuk cinta gubernur kepada bupati sehingga kerap menanyakan Bupati. Saya anggap kembang-kembang mimpi saja. Ketidakhadiran Bupati juga karena dirinya sedang sakit," tegasnya.
Disinggung mengenai ketidakpuasan bupati terhadap Penjabat Walikota, Rano mengaku hal tersebut sangat manusiawi. Sebagai orang yang mau memekarkan Kota Tangerang Selatan, wajar jika Bupati ingin Penjabatnya dari kabupaten induk.
“Semoga Sekdanya berasal dari Kabupaten Tangerang,” harap Rano.
Ketua Presidium Pembentukan Kota Tangsel Zarkasih Noor mengatakan, perbedaan penafsiran mengenai siapa yang berhak menjadi penjabar walikota sudah selesai. Berdasarkan peraturan yang ada, semuanya ada di tangan gubernur.
"Beda pendapat sih boleh saja, namun jika sudah diputuskan seharusnya satu komando," ucap mantan menteri koperasi di era Abdurahman Wahid itu.
Zarkasih menjelaskan, jika keadaan seperti ini terus. Justru Pemkab Tangerang yang akan dirugikan, sebab pegawai Pemkab Tangerang bakal menumpuk dengan wilayah yang sudah tidak lagi sebesar dahulu.
"Untuk itu saya berharap seluruh elemen bisa bersinergi membangun Tangsel lebih baik," tegasnya. (mg-dedi)

Tidak ada komentar: