Guru SD Anianya 5 Murid
* 1 Murid Terluka di Bagian Telinga
KOTA TANGSEL – Aksi Tidin, salah satu guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN Sawah Besar 1 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dalam mendidik muridnya tidak patut dicontoh. Pasalnya, guru yang mengajar di kelas 6 tersebut tega melakukan penganiayaan terhadap 5 orang anak didiknya yang masih duduk di bangku kelas 5.
Kelima siswa tersebut adalah Ahmad Syafei (11), Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri. Selain dijewer telinganya oleh Tidin, kelima siswa juga ditampar. Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri hanya mendapatkan tampar di bagian punggung. Namun, tidak dengan Ahmad Syafei yang ditampar di bagian pipi sebelah kanan. Bahkan, bagian dalam telinga Ahmad Syafei sampai mengalami luka yang cukup parah.
Akibat luka tersebut, Ahmad Syafei harus mengalami pusing kepala dan mengeluarkan darah dari telinga bagian kanannya setiap hari. Anak ke enam dari enam bersaudara tersebut juga sudah tidak bersekolah lagi sejak Kamis (19/2) lalu karena tidak kuat menahan pusing.
Ahmad Syafei mengaku, penganiayaan yang dilakukan gurunya bermula saat dirinya beserta 15 teman-temannya bermain di atas jembatan tol BSD-Pondok Ranji Desember 2008 lalu. Karena iseng, mereka menjatuhkan botol bekas air mineral dan batu dari atas jembatan ke jalan tol. Namun, tiba-tiba batu yang dijatuhkan mengenai kaca sebuah bus berwarna putih hingga retak.
“Pas lagi main di jembatan saat istirahat, kami ngejatuhin batu dan botol ke jalan tol. Tahu-tahu, batu yang dijatohin kena bus warna putih,” ceritanya ketika ditemui di rumahnya RT 07/02 No 61 Kelurahan Sawah Baru Ciputat, Minggu (22/2).
Tak lama kemudian, bus yang kacanya retak berhenti. Ahmad Syafei dan teman-temannya pun kembali ke sekolahnya. Namun, sopir dan kernet bus datang ke sekolah mereka. Kedua orang tersebut meminta ganti rugi kaca yang pecah dan permintaan maaf kepada pihak sekolah.
Mengetahui siswanya merusak kaca bus, Tidin kemudian mengumpulkan 16 orang tersebut di dalam kelas. Tidin kemudian menanyakan kepada siswa, siapa yang melemparkan batu ke jalan tol sehingga kaca bus retak. Para siswa kemudian, menuduh Ahmad Syafei yang melakukannya.
“Yang dipukul hanya 5 orang. Tapi, cuma saya aja yang dipukul dipipi. Sisanya hanya dipunggung,” terangnya.
Dikatakan Syafei, penganiayaan oleh Tidin dilakukan di depan ratusan siswa lainnya yang sedang istirahat. Para siswa lainnya tidak ada yang berani membantu 5 teman meraka yang dipukul Tidin karena takut. Pasalnya, siswa mengenal Tidin sebagai guru yang galak dan suka memukul muridnya. Walikelas Syafei Rosmalah juga mengetahui aksi penganiayaan yang dilakukan Tidin.
“Abis dipukul, telinga saya langsung sakit dan pusing. Setiap hari mengelaurkan darah dan cairan,” kata Syafei.
Sementara itu, Sarta (53) ayah korban mengatakan, dirinya sudah berusaha mengobati telinga anaknya dengan obat tradional. Namun tidak berhasil bahkan bertambah parah.
“Pas dirumah, Syafei mengaku dipukul gurunya. Telinganya juga bengkak. Kemudian, isteri saya ngasih obat tradisional berupa minyak, bawang, dan belau yang dioleskan ke telinga yang bengkak,” pungkasnya.
Usahan tersebut, lanjutnya gagal. Sarta dan isterinya kemudian membawa Syafei ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di Klinik Tridarma Husada. Syafei didiagnosa dokter mengalami post frocematic di telinga kanan atau OMA dan dirujuk ke RS Fatmawati Jakarta Selatan untuk mendapatkan pengobatan intensif.
“Sabtu (21/2) saya membawa anak saya ke klinik. Kata dokter Dessy Lastri yang meriksa anak saya, telinga anak saya mengalami luka yang sudah kronis dan harus dirawat di rumah sakit. Senin (23/3) saya akan membawa Syafei ke RS Fatmawati,” paparnya.
Sarta mengaku, sudah berusaha untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah. Namun, hingga kini belum ada jawaban yang pasti. “Pihak sekolah meminta ganti rugi setiap orang tua Rp 150 ribu. Saya menolak membayar. Untuk mengobati anak saya saja udah habis Rp 300 ribu. Kalau diminta pertanggungjawaban selalu berkilah,” kata Emi isteri Sarta (52)
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pihak sekolah. Bahkan, ketika ditemui, Kepala Sekolah SDN Sawah Baru 1 Hada tidak berada di lokasi. (mg-dedi)
* 1 Murid Terluka di Bagian Telinga
KOTA TANGSEL – Aksi Tidin, salah satu guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN Sawah Besar 1 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dalam mendidik muridnya tidak patut dicontoh. Pasalnya, guru yang mengajar di kelas 6 tersebut tega melakukan penganiayaan terhadap 5 orang anak didiknya yang masih duduk di bangku kelas 5.
Kelima siswa tersebut adalah Ahmad Syafei (11), Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri. Selain dijewer telinganya oleh Tidin, kelima siswa juga ditampar. Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri hanya mendapatkan tampar di bagian punggung. Namun, tidak dengan Ahmad Syafei yang ditampar di bagian pipi sebelah kanan. Bahkan, bagian dalam telinga Ahmad Syafei sampai mengalami luka yang cukup parah.
Akibat luka tersebut, Ahmad Syafei harus mengalami pusing kepala dan mengeluarkan darah dari telinga bagian kanannya setiap hari. Anak ke enam dari enam bersaudara tersebut juga sudah tidak bersekolah lagi sejak Kamis (19/2) lalu karena tidak kuat menahan pusing.
Ahmad Syafei mengaku, penganiayaan yang dilakukan gurunya bermula saat dirinya beserta 15 teman-temannya bermain di atas jembatan tol BSD-Pondok Ranji Desember 2008 lalu. Karena iseng, mereka menjatuhkan botol bekas air mineral dan batu dari atas jembatan ke jalan tol. Namun, tiba-tiba batu yang dijatuhkan mengenai kaca sebuah bus berwarna putih hingga retak.
“Pas lagi main di jembatan saat istirahat, kami ngejatuhin batu dan botol ke jalan tol. Tahu-tahu, batu yang dijatohin kena bus warna putih,” ceritanya ketika ditemui di rumahnya RT 07/02 No 61 Kelurahan Sawah Baru Ciputat, Minggu (22/2).
Tak lama kemudian, bus yang kacanya retak berhenti. Ahmad Syafei dan teman-temannya pun kembali ke sekolahnya. Namun, sopir dan kernet bus datang ke sekolah mereka. Kedua orang tersebut meminta ganti rugi kaca yang pecah dan permintaan maaf kepada pihak sekolah.
Mengetahui siswanya merusak kaca bus, Tidin kemudian mengumpulkan 16 orang tersebut di dalam kelas. Tidin kemudian menanyakan kepada siswa, siapa yang melemparkan batu ke jalan tol sehingga kaca bus retak. Para siswa kemudian, menuduh Ahmad Syafei yang melakukannya.
“Yang dipukul hanya 5 orang. Tapi, cuma saya aja yang dipukul dipipi. Sisanya hanya dipunggung,” terangnya.
Dikatakan Syafei, penganiayaan oleh Tidin dilakukan di depan ratusan siswa lainnya yang sedang istirahat. Para siswa lainnya tidak ada yang berani membantu 5 teman meraka yang dipukul Tidin karena takut. Pasalnya, siswa mengenal Tidin sebagai guru yang galak dan suka memukul muridnya. Walikelas Syafei Rosmalah juga mengetahui aksi penganiayaan yang dilakukan Tidin.
“Abis dipukul, telinga saya langsung sakit dan pusing. Setiap hari mengelaurkan darah dan cairan,” kata Syafei.
Sementara itu, Sarta (53) ayah korban mengatakan, dirinya sudah berusaha mengobati telinga anaknya dengan obat tradional. Namun tidak berhasil bahkan bertambah parah.
“Pas dirumah, Syafei mengaku dipukul gurunya. Telinganya juga bengkak. Kemudian, isteri saya ngasih obat tradisional berupa minyak, bawang, dan belau yang dioleskan ke telinga yang bengkak,” pungkasnya.
Usahan tersebut, lanjutnya gagal. Sarta dan isterinya kemudian membawa Syafei ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di Klinik Tridarma Husada. Syafei didiagnosa dokter mengalami post frocematic di telinga kanan atau OMA dan dirujuk ke RS Fatmawati Jakarta Selatan untuk mendapatkan pengobatan intensif.
“Sabtu (21/2) saya membawa anak saya ke klinik. Kata dokter Dessy Lastri yang meriksa anak saya, telinga anak saya mengalami luka yang sudah kronis dan harus dirawat di rumah sakit. Senin (23/3) saya akan membawa Syafei ke RS Fatmawati,” paparnya.
Sarta mengaku, sudah berusaha untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah. Namun, hingga kini belum ada jawaban yang pasti. “Pihak sekolah meminta ganti rugi setiap orang tua Rp 150 ribu. Saya menolak membayar. Untuk mengobati anak saya saja udah habis Rp 300 ribu. Kalau diminta pertanggungjawaban selalu berkilah,” kata Emi isteri Sarta (52)
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pihak sekolah. Bahkan, ketika ditemui, Kepala Sekolah SDN Sawah Baru 1 Hada tidak berada di lokasi. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar