Minggu, 22 Februari 2009

Puskesmas Tolak Pasien

Puskesmas Pamulang Tolak Pasien Miskin

KOTA TANGSEL - Keinginan Devi (27) untuk mendapatkan pengobatan yang layak harus pupus. Pasalnya, wanita asal Cirebon Jawa Barat tersebut ditolak Puskesmas Pamulang. Pihak puskesmas beralasan, Devi bukan warga setempat sehingga bukan tanggung jawab Puskesmas melainkan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Tangerang. Untuk sementara, Devi dirawat di Pos Hansip milik warga Rt 1/1 Kelurahan Pamulang Timur Kota Tangerang Selatan.
Namun, Sabtu (21/2) Devi segera dilarikan ke RS Bhineka Bakti Husada Gaplek Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Korban dilarikan kerumah sakit dilakukan oleh aparat Mapolsek Metro Pamulang atas intruksi langsung dari Mapolres Jakarta Selatan serta anggota DPRD Jakarta Selatan yang mengetahui peristiwa tersebut melalui pemberitaan di media massa.
”Kami diintruksikan langsung oleh Kapolres Jakarta Selatan untuk melakuan tindak lanjut mengenai wanita yang tidak memiliki identitas, diduga bernama Devi (27) yang dirawat secara swadaya oleh warga,” ujar Wakapolsek Metro Pamulang AKP Tatang Syarif, Minggu (22/2).
Informasi yang berhasil dihimpun, korban diketahui berada di lingkungan warga sejak (15/2) lalu, dengan maksud mencari keluarganya di Jakarta dan ingin mencari kontrakan untuk ditempati sementara waktu. Korban pun sempat mencari rujak bersama warga karena sedang hamil muda. Korban diduga menjadi korban pemerkosaan dengan modus pembiusan terlebih dahulu, bahkan warga sempat melihat ada angkutan umum yang mengantarkan korban ke lingkungan tersebut.
Ketua RT 01/1, Muhammad sangat menyesalkan sikap puskesmas itu. Terlebih kondisi pasiennya sudah cukup kritis. Dengan tubuh yang lemah dan terlihat ada beberapa bekas luka dibagian tubuhnya.
“Kami yang kedatangan warga terlantar ini wajar meminta bantuan puskesmas. Kan disana ada tim medis yang bisa membantu. Tapi malah ditolak dan tidak diberi bantuan,” jelas Muhammad.
Berdasarkan kesepakatan warga, sambung dia fungsi pos hansip yang biasa digunakan ronda harus beralih fungsi. Seluruh ruang pos hansip terpaksa sebagai bangsal rawat inap. Itu pun dengan kondisi yang seadanya saja. Pos hansip warga ini berbahan bambu dan kayu. Berukuran 4x6 meter yang tidak memiliki dinding secara penuh. Hanya tertutup potongan kayu setinggi 50 cm. Warnanya pun tak lagi membaik dan beratapkan genteng.
“Kami sadar biaya berobat mahal. Jadi terpaksa pula kita buka kotak amal. Untuk meringankan beban pasien,” lanjut ketua RT.
Dijelaskannya pasien memang bukan warga setempat. Dia datang dalam kondisi lemah dan tak terawat. Tubuhnya seperti mendapatkan perlakuan kasar. Beberapa bagian tubuh tampak ada bekas luka.
“Karena tubuhnya seperti lemah kita coba ajak ke puskemas. Ternyata tidak mendapatkan pertolongan. Ini adalah hari ketiga dia berada di pos hansip,” ungkapnya.
Mengetahui kondisi itu, sambung dia warga tidak berputus asa. Seorang dokter yang bertugas di klinik dekat pemukinan dimintai pertolongan. Akhirnya diketahui kondisi kesehatan pasien itu.
“Dokter bilang si pasien kena pembiusan. Di kemaluannya juga seperti ada bekas kekerasan seksual,” terang ketua RT itu lagi.
Camat Pamulang, Toto Sudarto tak bisa dihubungi. Berulang kali telepon pribadinya tidak diaktifkan. Begitu pula kepala Puskesmas Pamulang, Unna Ramadhona. Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan, Hani Haryanto mengaku belum mendengar lapoan tersebut. Dia hanya meminta aga kepastiannya dapat menghubungi petugas puskesmas setempat. (mg-dedi)

Tidak ada komentar: