Tidin Bantah Lakukan Pemukulan
KOTA TANGSEL – Tidin (45), salah seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN Sawah Besar I Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan membantah telah melakukan pemukulan terhadap 5 orang siswanya, Ahmad Syafei, Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri.
“Saya tidak pernah memukul Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri di bagian punggung. Saya hanya menyentil telinga Ahmad Syafei bukan menampar,” kilahnya, Senin (23/2).
Diceritakan Tidin, peritiwa tersebut terjadi pada 5 November lalu. Ketika itu, dirinya mengumpulkan 16 orang murid yang melempar batu ke jalan tol sehingga membuat kaca bus retak di dalam kelas. Satu per satu murid ditanyai mengenai aksi jahil mereka yang merugikan orang lain tersebut.
"Saat itu siswa saya bariskan di ruang kelas V untuk dimintai keterangan. Namun saat itu Syafei ngeyel dan tidak mau diatur saat berbaris. Lantas saya sentil telinganya," ujarnya.
Dilanjutkannya, Syafei tetap masuk keesokan harinya. Bahkan, anak keenam dari enam bersaudara tersebut tidak pernah mengeluh soal telinganya yang sakit. Hingga Januari lalu, Syafei tidak pernah sekalipun tidak masuk sekolah.
Sekitar Januari, kedua orang tua Syafei Sarta (53) dan Emi (51) sempat menemui Tidin di sekolah. Keduanya mengatakan, anak mereka mengalami gangguan pendengaran pada telinga sebelah kanan. Bahkan, telinga anaknya terus mengeluarkan darah dan cairan setiap harinya. Keduanya juga menunjukan obat yang diberikan kepada Syafei.
“Mereka bilang, penyebab sakitnya telinga Syafei akibat tamparan saya pada pipinya. Padahal saya tidak pernah menampar maupun memukul Syafei. Saya juga menyarankan, jika telinga Syafei masih sakit agar diberitahukan kepada pihak sekolah supaya dapat diatasi,” paparnya.
Disinggung mengenai bus yang kacanya pecah, Tidin mengaku tidak melihatnya secara langsung. Hal tersebut hanya diberitahukan sopir dan kernet bus. "Kami memang tidak memiliki bukti," ucapnya.
Sementara itu, wali kelas Syafei Rosmala mengaku, tidak pernah mendengar keluhan dari Syafei mengenai telinganya yang sakit. Kedua orang tuanya memang sempat bertemu dengan Rosmala. Setelah diberikan penjelasan, mereka berdua tidak pernah datang kembali ke sekolah.
"Kasus ini sudah lama, tapi kenapa kembali muncul lagi," pungkas Rosmala.
Diakui Rosmala, sudah tiga hari Syafei tidak masuk sekolah. Kedua orang tuanya sudah mengirimkan surat keterangan bahwa anaknya tidak dapat sekolah karena sakit.
Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Ciputat Agung Basuki mengatakan, sebisa mungkin kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan. Pihaknya sudah mengumpulkan tokoh masyarakat, Kepala sekolah, dan komite sekolah untuk membahas masalah tersebut. Sedangkan keluarga korban yang dijadwalkan akan ikut dalam pertemuan tersebut hingga berita ini diturunkan masih melakukan pemeriksaan di RS Fatmawati.
"Nanti hasilnya akan kami berikan ke kepala dinas. Biar dinas yang menentukan. Dan saat ini kami masih menunggu keluarga Syafei dan hasil pemeriksaan kesehatannya ," katanya. (mg-dedi)
KOTA TANGSEL – Tidin (45), salah seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN Sawah Besar I Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan membantah telah melakukan pemukulan terhadap 5 orang siswanya, Ahmad Syafei, Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri.
“Saya tidak pernah memukul Dandi, Idris, Fajar, dan Fajri di bagian punggung. Saya hanya menyentil telinga Ahmad Syafei bukan menampar,” kilahnya, Senin (23/2).
Diceritakan Tidin, peritiwa tersebut terjadi pada 5 November lalu. Ketika itu, dirinya mengumpulkan 16 orang murid yang melempar batu ke jalan tol sehingga membuat kaca bus retak di dalam kelas. Satu per satu murid ditanyai mengenai aksi jahil mereka yang merugikan orang lain tersebut.
"Saat itu siswa saya bariskan di ruang kelas V untuk dimintai keterangan. Namun saat itu Syafei ngeyel dan tidak mau diatur saat berbaris. Lantas saya sentil telinganya," ujarnya.
Dilanjutkannya, Syafei tetap masuk keesokan harinya. Bahkan, anak keenam dari enam bersaudara tersebut tidak pernah mengeluh soal telinganya yang sakit. Hingga Januari lalu, Syafei tidak pernah sekalipun tidak masuk sekolah.
Sekitar Januari, kedua orang tua Syafei Sarta (53) dan Emi (51) sempat menemui Tidin di sekolah. Keduanya mengatakan, anak mereka mengalami gangguan pendengaran pada telinga sebelah kanan. Bahkan, telinga anaknya terus mengeluarkan darah dan cairan setiap harinya. Keduanya juga menunjukan obat yang diberikan kepada Syafei.
“Mereka bilang, penyebab sakitnya telinga Syafei akibat tamparan saya pada pipinya. Padahal saya tidak pernah menampar maupun memukul Syafei. Saya juga menyarankan, jika telinga Syafei masih sakit agar diberitahukan kepada pihak sekolah supaya dapat diatasi,” paparnya.
Disinggung mengenai bus yang kacanya pecah, Tidin mengaku tidak melihatnya secara langsung. Hal tersebut hanya diberitahukan sopir dan kernet bus. "Kami memang tidak memiliki bukti," ucapnya.
Sementara itu, wali kelas Syafei Rosmala mengaku, tidak pernah mendengar keluhan dari Syafei mengenai telinganya yang sakit. Kedua orang tuanya memang sempat bertemu dengan Rosmala. Setelah diberikan penjelasan, mereka berdua tidak pernah datang kembali ke sekolah.
"Kasus ini sudah lama, tapi kenapa kembali muncul lagi," pungkas Rosmala.
Diakui Rosmala, sudah tiga hari Syafei tidak masuk sekolah. Kedua orang tuanya sudah mengirimkan surat keterangan bahwa anaknya tidak dapat sekolah karena sakit.
Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Ciputat Agung Basuki mengatakan, sebisa mungkin kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan. Pihaknya sudah mengumpulkan tokoh masyarakat, Kepala sekolah, dan komite sekolah untuk membahas masalah tersebut. Sedangkan keluarga korban yang dijadwalkan akan ikut dalam pertemuan tersebut hingga berita ini diturunkan masih melakukan pemeriksaan di RS Fatmawati.
"Nanti hasilnya akan kami berikan ke kepala dinas. Biar dinas yang menentukan. Dan saat ini kami masih menunggu keluarga Syafei dan hasil pemeriksaan kesehatannya ," katanya. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar