Warga Rajeg Tewas Akibat DBD
TANGERANG - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) kembali meminta korban di Kabupaten Tangerang. Kali ini korbannya adalah Nuraya (40) warga Kampung Bolang, RT 06 RW 06 , Desa Sukasari, Kecamatan Rajeg menghembuskan nafas terakhirnya di ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang, Senin (16/2) malam. Nuraya meninggal setelah 7 jam dirawat di rumah sakit milik Pemkab Tangerang tersebut.
Namun, kematian Nuraya sempat dipermasalahkan pihak keluarga. Keluarga menilai, RSUD Tangerang tidak serius menangani Nuraya, sehingga korban tidak terselamatkan. Keluarga menganggap, korban sengaja tidak dimasukan ke ruang intensif care unit (ICU) dengan alasan penuh.
Adik kandung korban Sapin (35) mengaku, kakaknya dibawa ke RSUD Tangerang berdasarkan rujukan dari Puskesmas Rajeg sekitar pukul 19.00 WIB. Ketika dibawa, kondisi kakaknya sudah kritis. Untuk itu, keluarga minta korban di rawat di ruang ICU, namun ditolak pihak RSUD Tangerang
“Kondisinya kritis. Dokter UGD segera menanganinya dengan memberikan cairan infus dan oksigen. Dokter menyarankan agar kakak saya dipindahkan ke rumah sakit swasta,” ujarnya.
Setelah durundingkan, keluarga akhirnya memilih untuk memintahkan Nurhaya ke RS Sari Asih. Namun, belum sempat memindahkan, Nurhaya terlebih dahulu menghembuskan nafas terakhirnya.
"Gara-gara mencari rumah sakit pengganti nyawa kakak saya tidak tertolong. Apalagi saat itu kakak saya hanya diinfus dan diberi oksigen," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Koordinator UGD RSUD Tangerang dr Udin Suprayogi membantah bahwa kinerja RSUD dalam menangani pasien kurang.
“Pasien sudah ditangani dengan benar. Kami tidak dapat meminahkan pasien ke rumah sakit lain. Harus konformasi dulu masalah biaya dengan pihak keluarga dan ketersediaan ruang ICU di rumah sakit tujuan,” kilahnya.
Udin mengakui, ruang ICU RSUD Tangerang hanya mampu menampung lima pasien. Sementara perawatan masksimal tidak bisa dilakukan di UGD karena keterbatasan alat medis yang ada di UGD dibandingkan di ruang ICU.
"Pasien memang kami diagnosa menderita komplikasi DBD dan leptospirosis," kata Udin. (mg-dedi)
TANGERANG - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) kembali meminta korban di Kabupaten Tangerang. Kali ini korbannya adalah Nuraya (40) warga Kampung Bolang, RT 06 RW 06 , Desa Sukasari, Kecamatan Rajeg menghembuskan nafas terakhirnya di ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang, Senin (16/2) malam. Nuraya meninggal setelah 7 jam dirawat di rumah sakit milik Pemkab Tangerang tersebut.
Namun, kematian Nuraya sempat dipermasalahkan pihak keluarga. Keluarga menilai, RSUD Tangerang tidak serius menangani Nuraya, sehingga korban tidak terselamatkan. Keluarga menganggap, korban sengaja tidak dimasukan ke ruang intensif care unit (ICU) dengan alasan penuh.
Adik kandung korban Sapin (35) mengaku, kakaknya dibawa ke RSUD Tangerang berdasarkan rujukan dari Puskesmas Rajeg sekitar pukul 19.00 WIB. Ketika dibawa, kondisi kakaknya sudah kritis. Untuk itu, keluarga minta korban di rawat di ruang ICU, namun ditolak pihak RSUD Tangerang
“Kondisinya kritis. Dokter UGD segera menanganinya dengan memberikan cairan infus dan oksigen. Dokter menyarankan agar kakak saya dipindahkan ke rumah sakit swasta,” ujarnya.
Setelah durundingkan, keluarga akhirnya memilih untuk memintahkan Nurhaya ke RS Sari Asih. Namun, belum sempat memindahkan, Nurhaya terlebih dahulu menghembuskan nafas terakhirnya.
"Gara-gara mencari rumah sakit pengganti nyawa kakak saya tidak tertolong. Apalagi saat itu kakak saya hanya diinfus dan diberi oksigen," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Koordinator UGD RSUD Tangerang dr Udin Suprayogi membantah bahwa kinerja RSUD dalam menangani pasien kurang.
“Pasien sudah ditangani dengan benar. Kami tidak dapat meminahkan pasien ke rumah sakit lain. Harus konformasi dulu masalah biaya dengan pihak keluarga dan ketersediaan ruang ICU di rumah sakit tujuan,” kilahnya.
Udin mengakui, ruang ICU RSUD Tangerang hanya mampu menampung lima pasien. Sementara perawatan masksimal tidak bisa dilakukan di UGD karena keterbatasan alat medis yang ada di UGD dibandingkan di ruang ICU.
"Pasien memang kami diagnosa menderita komplikasi DBD dan leptospirosis," kata Udin. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar