Kondisi Persenjataan Indonesia Memprihatinkan
TANGERANG – Sebagai pasukan yang bertugas mengamankan negara dari serangan asing, TNI harus dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap dan baik. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi tentara di Indonesia. Pasalnya, dari ribuan persenjataan yang dimiliki, hanya 30-40 persen saja yang berfungsi dengan baik. Sedangkan sisanya rusak.
Anggota Komisi I DPR RI Sutradara Ginting mengatakan, dari sudut persenjataan, kondisi yang terjadi di Indonesia jauh dari optimal. Saat ini, yang berfungsi hanya 30-40 persen dari kebutuhan minimum atau minimum esensial force.
“Untuk negara Indonesia yang berbetuk kepulauan hal tersebut sangat tidak menguntungkan,” kata Sutradara usai acara PDIP di Tangerang, kemarin.
Menurut politisi dari PDIP tersebut, untuk menjaga wilayah Indonesia, minimal alat utama sistem persenjataan (alusista) 50 persen diatas kebutuhan minimal. Untuk itu. Pemerintah harus mendukung industri pertahanan dalam negeri. Indonesia memiliki PT PAL, Pimnad, dan IPTN. Sehingga tidak perlu lagi membeli alat dari luar negeri.
“Harus dilakukan penghematan di berbagai bidang agar sektor pertahanan dapat ditingkatkan. Kalau tidak kedepannya akan sangat sulit. Kalaupun membeli senjata dari luar negeri harus berimbang. Jangan hanya dari satu negara kalau tidak Amerika, beli dari Rusia dan negara di eropa timur,” tegasnya.
Sutradara mencontohkan, persenjataan angkatan laut sangat minim. Saat ini hanya ada puluhan kapal patroli saja yang berfungsi. Akibatnya, setiap tahun 5 miliar USD ikan Indonesia selalu hilang. Jika hal tersebut bisa dicegah, maka berapa miliar yang dapat diberikan untuk memperbaiki sistem persenjataan di Indonesia.
“Kalau 500 juta dolar bisa diberikan ke patroli angkatan laut, maka tidak akan ada ikan dan kayu Indonesia yang dapat dibawa ke luar negeri dengan mudah,” katanya. (mg-dedi)
TANGERANG – Sebagai pasukan yang bertugas mengamankan negara dari serangan asing, TNI harus dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap dan baik. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi tentara di Indonesia. Pasalnya, dari ribuan persenjataan yang dimiliki, hanya 30-40 persen saja yang berfungsi dengan baik. Sedangkan sisanya rusak.
Anggota Komisi I DPR RI Sutradara Ginting mengatakan, dari sudut persenjataan, kondisi yang terjadi di Indonesia jauh dari optimal. Saat ini, yang berfungsi hanya 30-40 persen dari kebutuhan minimum atau minimum esensial force.
“Untuk negara Indonesia yang berbetuk kepulauan hal tersebut sangat tidak menguntungkan,” kata Sutradara usai acara PDIP di Tangerang, kemarin.
Menurut politisi dari PDIP tersebut, untuk menjaga wilayah Indonesia, minimal alat utama sistem persenjataan (alusista) 50 persen diatas kebutuhan minimal. Untuk itu. Pemerintah harus mendukung industri pertahanan dalam negeri. Indonesia memiliki PT PAL, Pimnad, dan IPTN. Sehingga tidak perlu lagi membeli alat dari luar negeri.
“Harus dilakukan penghematan di berbagai bidang agar sektor pertahanan dapat ditingkatkan. Kalau tidak kedepannya akan sangat sulit. Kalaupun membeli senjata dari luar negeri harus berimbang. Jangan hanya dari satu negara kalau tidak Amerika, beli dari Rusia dan negara di eropa timur,” tegasnya.
Sutradara mencontohkan, persenjataan angkatan laut sangat minim. Saat ini hanya ada puluhan kapal patroli saja yang berfungsi. Akibatnya, setiap tahun 5 miliar USD ikan Indonesia selalu hilang. Jika hal tersebut bisa dicegah, maka berapa miliar yang dapat diberikan untuk memperbaiki sistem persenjataan di Indonesia.
“Kalau 500 juta dolar bisa diberikan ke patroli angkatan laut, maka tidak akan ada ikan dan kayu Indonesia yang dapat dibawa ke luar negeri dengan mudah,” katanya. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar