RPH Cikaret Ditolak Warga
TANGERANG – Puluhan warga Desa Mekar Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang menolak keberadaan rumah potong hewan (RPH) Cikaret yang berada di dekat pemukiman warga. Warga menilai, RPH yang beroperasi sejak tahun 2003 tersebut mencemari lingkungan sekitar.
Sebagai bentuk penolakan, puluhan warga berencana mendatangi RPH untuk menyegelnya, namun, upaya tersebut urung dilakukan, karena RPH sudah dijaga puluhan polisi. Akhirnya, aksi tersebut dialihkan ke rumah milik tokoh masyarakat setempat H Ibrahim.
Salah seorang warga Aen (27) mengaku, sejak RPH beroperasi, di Desa Mekar Jaya muncul banyak sekali lalat dan nyamuk. Selain itu, muncul bau busuk yang mencapoai radius 1 kilometer dari RPH. Bau tersebut sangat mengganggu warga yang beraktivitas.
“Dulu tahun 2007 warga pernah menutup secara paksa RPH. Tapi sekarang berfungsi lagi,” katanya.
Dikatakannya, sekitar tahun 2004 sebanyak 30 warga desa terserang Demam Berdarah Dengeu (DBD). Bahkan, Tiga warga sampai meningal. Nyamuk DBD berasal dari genangan air bekas penyiraman darah hewan yang sudah dipotong.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Imah (30). Menurutnya bau tidak sedap dari kotoran sapi juga sering datang terutama malam hari. Pasalnya, lokasi RPH itu bukan hanya tempat penjagalan tapi juga tempat pengembangbiakan sapi. "
Jelas saja kotoran sapi-sapi itu kan tercium sampai ke sini melalui saluran pembuangan air," pungkasnya.
Karena menggunakan pompa air yang modern, air tanah sekitar juga turut tersedot. Akibatnya sumur warga banyak yang kering karena warga kebanyakan menggunakan sumur timba. Warga jelas kesulitan karena raysan kepala keluarga di sini mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. RPH ini juga diduga menyalahi izin.
Menurut Johani warga lainnya, saat pertama kali buka izin RPH tersebut adalah pabrik bakso. Tapi kenapa tiba-tiba berubah menjadi RPH. Oleh karena itu warga sangat keberatan dengan keberadaannya.
“Kemarin RPH ini beroperasi kembali. Warga yang mendengar berita ini pun berkumpul dan berencana melakukan aksi demo. Mereka tidak ingin hawa segar lingkungan mereka kembali tercemar bau busuk menyengat seperti beberapa waktu lalu. Warga pun bersiap-siap,” paparnya. (mg-dedi)
TANGERANG – Puluhan warga Desa Mekar Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang menolak keberadaan rumah potong hewan (RPH) Cikaret yang berada di dekat pemukiman warga. Warga menilai, RPH yang beroperasi sejak tahun 2003 tersebut mencemari lingkungan sekitar.
Sebagai bentuk penolakan, puluhan warga berencana mendatangi RPH untuk menyegelnya, namun, upaya tersebut urung dilakukan, karena RPH sudah dijaga puluhan polisi. Akhirnya, aksi tersebut dialihkan ke rumah milik tokoh masyarakat setempat H Ibrahim.
Salah seorang warga Aen (27) mengaku, sejak RPH beroperasi, di Desa Mekar Jaya muncul banyak sekali lalat dan nyamuk. Selain itu, muncul bau busuk yang mencapoai radius 1 kilometer dari RPH. Bau tersebut sangat mengganggu warga yang beraktivitas.
“Dulu tahun 2007 warga pernah menutup secara paksa RPH. Tapi sekarang berfungsi lagi,” katanya.
Dikatakannya, sekitar tahun 2004 sebanyak 30 warga desa terserang Demam Berdarah Dengeu (DBD). Bahkan, Tiga warga sampai meningal. Nyamuk DBD berasal dari genangan air bekas penyiraman darah hewan yang sudah dipotong.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Imah (30). Menurutnya bau tidak sedap dari kotoran sapi juga sering datang terutama malam hari. Pasalnya, lokasi RPH itu bukan hanya tempat penjagalan tapi juga tempat pengembangbiakan sapi. "
Jelas saja kotoran sapi-sapi itu kan tercium sampai ke sini melalui saluran pembuangan air," pungkasnya.
Karena menggunakan pompa air yang modern, air tanah sekitar juga turut tersedot. Akibatnya sumur warga banyak yang kering karena warga kebanyakan menggunakan sumur timba. Warga jelas kesulitan karena raysan kepala keluarga di sini mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. RPH ini juga diduga menyalahi izin.
Menurut Johani warga lainnya, saat pertama kali buka izin RPH tersebut adalah pabrik bakso. Tapi kenapa tiba-tiba berubah menjadi RPH. Oleh karena itu warga sangat keberatan dengan keberadaannya.
“Kemarin RPH ini beroperasi kembali. Warga yang mendengar berita ini pun berkumpul dan berencana melakukan aksi demo. Mereka tidak ingin hawa segar lingkungan mereka kembali tercemar bau busuk menyengat seperti beberapa waktu lalu. Warga pun bersiap-siap,” paparnya. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar