Penyebab Kecelakaan Helikopter Masih Tanda Tanya
KOTA TANGSEL – Penyebab utama kecelakaan helikopter jenis Super Puma milik Pelita Air Services (PAS) di Lapangan Udara Pondok Cabe Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan masih tanda tanya. Petugas dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hingga kini masih melakukan penyelidikan. Namun, tidak ada satupun petugas yang mau berkomentar tentang penyebab jatuhnya helikopter yang menewaskan dua orang teknisi tersebut, Kamis (29/1) lalu.
Pantauan Banten Raya Post, beberapa petugas dari PAS dan KNKT masih melakukan penyelidikan. Para petugas yang menggunakan baju putih dan bercelana hita tersebut melakukan pemeriksaan di bagian depan dan baling-baling bagian atas helikopter yang patah.
“Saat ini, petugas masih melakukan penyelidikan helikopter. Saya tidak tahu kapan akan selesai penyelidikannya,” ujar salahs eorang satpam yang namanya enggan dikorankan.
Sementara itu, Kepala Banda Udara Budiarto Curug Budiarto Kuntjoro mengatakan, kecelakaan helikopter di Pondok Cabe bisa disebabkan dua hal, yaitu kerusakan pada mesin dan human error (kesalahan manusia-red).
“Kemungkinan, saat sudah mengudara, pilot merasakan adanya kerusakan pada bagian mesin pesawat. Namun, ketika akan melakukan pendaratan kembali, pilot tidak dapat mengendalikan helikopter tersebut. Sehingga helikoter jadi miring ke sebelah kiri dan menewaskan dua orang teknisi,” beber Budiarto.
Budiarto berharap, penyelidikan penyebab jatuhnya helikopter dapat segera ditemukan. Sehingga jelas apa penyebabnya. Satu-satunya saksi kunci adalah pilot pesawat.
“Kita tunggu saja keterangan pilot. Sebab, pernyataan beliau sangat membantu untuk proses kronologis yang sebenarnya. Pilot tersebut mengetahui semuanya,” ujarnya.
Sementara itu, suasana di rumah kediaman teknisi (Alm) Sri Setia Budi di Perumahan Bumi Pelita Kencana Blok A2/6 RT 01 RW 06 Pondok Cabe Kecamatan Pamulang masih ramai oleh kerabat dan rekan korban yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa.
Bahkan, para petinggi PAS juga sudah mendatangi rumah Budi dan bertemu dengan keluarganya.
Direktur Komersial Pelita Air Service Charine mengatakan, bahwa pihak pelita air akan membantu keluarga korban, salah satunya dnegan membiayai sekolah aak-anak korban hingga selesai.
“Kami akan membantu dengan membiayai sekolah anak para korban. Selain itu, kami pun akan memberi santunan akibat kecelakaan ini semua,” katanya.
Sedangkan, isteri korban Cut Ika hingga kini masih belum bisa ditemui. Dirinya masih shock dengan tewasnya Budi secara tiba-tiba.
“Bu Ika (sapaan Cut Ika-red) belum mau ditemui. Mungkin masih kaget dan belum percaya. Saat ini keadaannya masih labil karena teringat suaminya,” kata salah satu tetangga korban Noi. (mg-dedi)
KOTA TANGSEL – Penyebab utama kecelakaan helikopter jenis Super Puma milik Pelita Air Services (PAS) di Lapangan Udara Pondok Cabe Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan masih tanda tanya. Petugas dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hingga kini masih melakukan penyelidikan. Namun, tidak ada satupun petugas yang mau berkomentar tentang penyebab jatuhnya helikopter yang menewaskan dua orang teknisi tersebut, Kamis (29/1) lalu.
Pantauan Banten Raya Post, beberapa petugas dari PAS dan KNKT masih melakukan penyelidikan. Para petugas yang menggunakan baju putih dan bercelana hita tersebut melakukan pemeriksaan di bagian depan dan baling-baling bagian atas helikopter yang patah.
“Saat ini, petugas masih melakukan penyelidikan helikopter. Saya tidak tahu kapan akan selesai penyelidikannya,” ujar salahs eorang satpam yang namanya enggan dikorankan.
Sementara itu, Kepala Banda Udara Budiarto Curug Budiarto Kuntjoro mengatakan, kecelakaan helikopter di Pondok Cabe bisa disebabkan dua hal, yaitu kerusakan pada mesin dan human error (kesalahan manusia-red).
“Kemungkinan, saat sudah mengudara, pilot merasakan adanya kerusakan pada bagian mesin pesawat. Namun, ketika akan melakukan pendaratan kembali, pilot tidak dapat mengendalikan helikopter tersebut. Sehingga helikoter jadi miring ke sebelah kiri dan menewaskan dua orang teknisi,” beber Budiarto.
Budiarto berharap, penyelidikan penyebab jatuhnya helikopter dapat segera ditemukan. Sehingga jelas apa penyebabnya. Satu-satunya saksi kunci adalah pilot pesawat.
“Kita tunggu saja keterangan pilot. Sebab, pernyataan beliau sangat membantu untuk proses kronologis yang sebenarnya. Pilot tersebut mengetahui semuanya,” ujarnya.
Sementara itu, suasana di rumah kediaman teknisi (Alm) Sri Setia Budi di Perumahan Bumi Pelita Kencana Blok A2/6 RT 01 RW 06 Pondok Cabe Kecamatan Pamulang masih ramai oleh kerabat dan rekan korban yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa.
Bahkan, para petinggi PAS juga sudah mendatangi rumah Budi dan bertemu dengan keluarganya.
Direktur Komersial Pelita Air Service Charine mengatakan, bahwa pihak pelita air akan membantu keluarga korban, salah satunya dnegan membiayai sekolah aak-anak korban hingga selesai.
“Kami akan membantu dengan membiayai sekolah anak para korban. Selain itu, kami pun akan memberi santunan akibat kecelakaan ini semua,” katanya.
Sedangkan, isteri korban Cut Ika hingga kini masih belum bisa ditemui. Dirinya masih shock dengan tewasnya Budi secara tiba-tiba.
“Bu Ika (sapaan Cut Ika-red) belum mau ditemui. Mungkin masih kaget dan belum percaya. Saat ini keadaannya masih labil karena teringat suaminya,” kata salah satu tetangga korban Noi. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar