Senin, 19 Januari 2009

Rampok di Bandara


Jaringan Rampok di BSH Dibongkar

TANGERANG – Jajaran Polres Metro Bandara Soekarno-Hatta (BSH) Tangerang berhasil menangkap 11 orang gembong rampok yang biasa beroperasi di area cargo bandara. Kesebelas tersangka adalah NJ alias CP, IDR, SM alias AY, AK alias ACG, AH alias AC, AJ alias KB, CK alias DD, AF alias PT, DC alias DD, AL alias AM, dan RN alias SBN. Bahkan, 5 orang pelaku masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Sebagian lagi masih DPO.
Dalam beraksi, gembong rampok yang kebanyakan bekerja sebagai pemulung di BSH saat malam hari selalu berkelompok. Setidaknya ada 4 kelompok terdiri dari 2-5 orang yang ditangkap. Selain mengamankan tersangka, petugas juga berhasil mengamankan barang bukti berupa 2 buah sepeda motor jenis jupiter MX dan RX King, uang tunai Rp 46.750.000, dua buah jam tangan, kalung dan gelang emas seberat 31 gram, dan sebuah sepeda.
Kapolres Metro Bandara Kombes Guntur Setyanto mengatakan, pengungkapan gembong rampok berdasarkan 5 laporan kehilangan barang dari beberapa tempat di area cargo sejak September 2008-Januari 2009. Laporan pertama pada 13 September 2008 di Bank BNI 46 Gedung Bea Cukai dengan Kerugian Rp 73 juta, 5 November 2008, di PT Pratama Line Logistic dengan kerugian 80 USD dan Rp 300 ribu.
Selanjutnya, 17 November 2008 di PT Daya Agung Semesta dengan kerugian Rp 100 ribu dan satu buah jam. 1 Desember 2008, di PT Indo Prima Trans dengan kerugian Rp 1 juta dan 200 USD, dan 5 Januari 2009, di PT Dharma Bandar Mandala dengan kerugian Rp 212 juta.
“Kebanyakan pelaku merupakan warga sekitar lingkungan bandara. Setiap hari polisi sering mendapatkan permohonan kerja dari masyarakat sekitar bandara. Tapi bagaimana tanggung jawab sosial dan moral mereka. Bagaimana bisa dipercaya kalau tidak ada tanggung jawabnya,” terang Guntur kepada sejumlah wartawan saat ekspose di Mapolres Bandara, Minggu (18/1).
Setelah dilakukan penyelidikan berdasarkan bukti serta informasi di TKP, diketahui aksi perampokan mengarah kepada kelompok NJ. Ketika dilakukan penggerebekan di rumahnya, polisi menemukan sejumlah barang bukti hasil pencurian.
“Modus yang digunakan bervariasi. Tergantung kesempatan yang ada. Kedepan pola pengamanan di area kargo akan ditingkatkan kembali. Jangan sampai ada pemulung yang beroperasi di malam hari,” kata Guntur.
Diakuinya, pihaknya selalu kesulitan untuk melakukan pengamanan di wilayah bandara. Sebab, pihak yang melakukan pengamanan bandara berada di tangan pengelola dalam hal ini PT Angkasa Pura (AP) II. Sedangkan kepolisian hanya membantu.
“Koordinasi hanya bersifat kelembagaan. Polisi hanya memberikan rekomendasi pengamanan kepada pengelola bandara,” paparnya.
Dikatakan Guntur, tidak menutup kemungkinan keterlibatan orang dalam melakukan pencurian. Namun, polisi belum menemukan indikasi ke arah tersebut.
“Belum mengarah ke sana. Tapi tidak menutup kemungkinan ada,” katanya. (mg-dedi)

Tidak ada komentar: