Jumat, 11 September 2009

wawancara Rektor UIN

Perilaku Teroris Seperti Rambo

Noordin M Top hingga kini belum berhasil ditangkap polisi. Gembong teroris nomor satu tersebut terus mencari orang-orang yang akan dijadikan pengikutnya dengan embel-embel agama Islam. Benarkan Islam mengajarkan kekerasan? Bagaimana cara mengatasinya? Berikut petikan wawancara INDOPOS dengan Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Kafe Victoria Pondok Indah Mal 2 Jakarta Selatan, kemarin.

Noordin selalu membawa Islam untuk menarik orang. Benarkan Islam membenarkan kekerasan?

Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar di Indonesia. Islam masuk dengan damai ke Indonesia. Islam dibawa para pedagang dengan cara tasawuf. Ciri tasawuf, yaitu damai, ramah, dan toleran. Munculnya kekerasan baru terjadi ketika imperialisme dan penjajahan oleh Belanda.

Maksudnya?

Ketika liberalis datang untuk menguasai dan menjajah nusantara ini, semangat keindonesiaan bertemu dengan semangat keislaman. Makanya muncullah perlawanan terhadap penjajah tersebut. Perlawanan tersebut murni untuk kemerdekaan dan kebebasan. Tidak ada niat lain. Secara tidak langsung Belanda ikut memperkuat kohesi keindonesiaan.

Kenapa hingga kini kekerasan tersebut masih ada?

Hal tersebut karena ada sekelompok orang yang kecewa dan sakit hati. Mereka kebanyakan orang-orang yang berjuang melawan amerika di Afganistan dan daerah lainnya. ketika kembali kenegaranya, mereka seperti tidak dihargai. Filosofi ini seperti Rambo. Ketika tidak dihargai di negara asalnya, dia membuat keonaran.

Kecewa seperti apa?

Kecewa dalam hal ini ada dua. Kecewa terhadap perjuangan mereka dan kecewa terhadap Soeharto dan Mahatir Muhammad yang memerintah dengan tegas. Soeharto dan Mahatir tidak membiarkan mereka bertindak bebas. Karena kecewa mereka pergi ke Afganistan dan daerah lainnya, seperti Mindanau. Karena sudah selesai atau tidak tahan, mereka kembali ke negara asalnya.

Apa yang mereka lakukan di negara asalnya?

Mereka membuat suasana tidak nyaman. Melakukan teror bom dimana-mana. Itu pandangan yang salah. selama musuh tidak menyerang, mereka tidak boleh dibunuh.

Kenapa mereka mudah melakukan teror di negara asalnya?

Itu karena lemahnya intelijen dan ulama yang tidak peduli dengan orang-orang dibawahnya. Ulama lebih sibuk dengan kegiatan politik. Peran intelijen semakin berkurang. Karena peran militer dibatasi. Intelijen sekarang tidak sebaik masa Soeharto. Disamping itu, para ulama kaget dengan hal ini. Kasus seperti ini merupakan sesuatu yang baru.

Cara mengatasinya?

Ini bukan persoalan Islam saja. Tidak cocok agama. Melainkan persoalan bangsa dan psikologi. Harus dengan penegakan hukum yang jelas. Mereka menggunakan dalil. Kita lawan juga dengan dalil, yaitu hukum. Mereka sudah membunuh dan merusak.

Polisi mampu mengatasinya?

Tidak hanya polisi yang dilibatkan. Peran ulama juga dibutuhkan. MUI harus memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat.

Peran ulama untuk apa?

Untuk memberikan penjelasan. Sistem pendidikan agama yang selama ini dilakukan harus dirubah. Sistem pendidikan tidak mengajarkan siswa untuk kritis. Kalau siswa kritis, mereka tidak akan mudah dipengaruhi. Mereka akan bertanya kepada orang lain, apakah yang dilakukan benar atau salah. Ulama dilibatkan untuk memperbaiki kurikulum pendidikan

Sistem tersebut yang membuat orang mudah dipengaruhi?

Metode seperti itu, membuat brainwash (pencucian otak) sangat kondusif dan mudah dilakukan. Dalam Al-Quran juga diajarkan untuk kritis. Tema peradaban juga harus diberikan. Islam untuk membela yang lemah bukan menindas orang. Karena sudah pesimis dan gagal, mereka ingin bergaya di depan tuhan.

Apakah permasalan teror di Indonesia dapat selesai?

Sebelum menyelesaikan masalah di Indonesia. Persolan di Palestina harus diselesaikan terlebih dahulu. Kalau di Palestina sudah selesai, maka secara perlahan kekerasan akan berkurang. Sebab, persoalan di Palestina membawa Islam. Paling mudah mencari simpati kalau membawa maslah agama. Apalagi disana aga Masjid Aqsa. (cdl)

Tidak ada komentar: