Oleh:
Ustad Muhammad Arifin Ilham
Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra
Islam Ajarkan Kenikmatan bukan Keenakan
Setiap orang pasti memiliki dosa. Dosa-dosa tersebut membuat orang menjadi gelisah. Semakin banyak dosa yang dibuat, maka orang tersebut tinggal menunggu waktu mendapatkan kesialan dari Allah. Hanya orang yang bertaqwa yang akan selamat dari kesialan tersebut.
Dalam al-Quran Surat Yunus ayat 62-64: “Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. Dapat dijelaskan, hanya orang yang sungguh-sungguh bertaqwa kepada Allah akan tidak hanya dibahagiakan di akhirat saja. Melainkan ketika mereka hidup di dunia.
Karena itu, kita diajarkan oleh Allah. Allah sangat bertanggung jawab terhadap ciptaannya. Bukan hanya diciptakan kemudian dibiarkan. Manusia diberi rizki, diturunkan al-Quran, diberika fasilitas alam, dan diciptakan mahluk lain yang bisa bekerja sama.
Salah satu pendidikan yang diajarkan adalah puasa atau saum. Selain itu, ada juga pendidikan syahadat lainnya seperti pendidikan sholat, pendidikan naik haji, dan pendidikan zakat. Itu semua adalah ibadah tarbiyah. Tarbiyah itu trainning atau pendidikan dari Allah kepada kita.
Untungnya semua ibadah tarbiyah tersebut diwajibkan. Kalau disunahkan, maka sangat jarang orang yang mau melaksanakannya. Tidak akan ada orang yang berpuasa. Makanya pendidikan tersebut wajib.
Selama ini, tidak sedikit manusia yang belum memahami tentang puasa. Kita kadang-kadang seperti anak-anak. Anak-anak kalau mau mandi susah. Kalau diberi makan harus dikejar-kejar dulu. Karena anak kecil tidak mengerti tentang nikmatnya mandi dan makan. Dengan mandi dia bersih. Dengan makan dia sehat. Dengan berpuasa, kita akan menjadi orang yang bertaqwa. Makanya kita ditrainning oleh Allah.
Kadar kenikmatan seseorang dalam berpuasa berbeda-beda. Orang yang berpuasa nikmat sih nikmat. Tapi jauh berbeda dengan orang yang merindukan datangnya Ramadan. Namun bagi orang lain mungkin puasa adalah bulan kelaparan. Sehingga kadar dan hasil yang didapatkan dalam berpuasa berbeda-beda. Orang yang bergembira, pada akhir Ramadan akan bersedih. Saat puncaknya mereka akan bersedih karena ditinggalkan oleh Ramadan. Sedangkan orang yang terpaksa, mereka akan bergembira.
Ketika puasa, yang dikendalikan oleh Allah adalah hal-hal yang halal. Misalnya makan, minum, dan hubungan suami isteri. Kalau yang halal bisa kita kendalikan apalagi yang haram.
Islam itu mengajarkan mengajarkan seperlunya. Bukan semaunya. Seperlunya kita ternyata tidak banyak jika hanya makan dan minum. Kalau semaunya, maka tidak akan ada habisnya. Islam mengajarkan kalau manusia membutuhkan materi, tapi tidak menjadikan materi diatas segala-galanya.
Karena kita membutuhkan materi, Islam mengajarkan juhud. zuhud itu, bukan orang yang tidak memiliki dunia. Justru, dunia yang dimiliki dia. Misalnya dia orang kaya. Dengan kaya dia bisa membuat rumah. Dia punya jabatan. Dengan jabatan dia amanah. Dia berilmu. Dengan ilmu dia rendah hati. Dia populer. Dengan populer dia bisa jadi teladan. Jadi, apa yang diberikan Allah kepada dia adalah hikmat dan jadi manfaat. Namun, sekarang ini banyak orang yang kaya, punya ilmu, dan populer sering bertingkah. Sehingga mereka lupa kepada Allah yang sudah memberikan segalanya. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tidak pernah bersyukur.
Dalam Islam disebutkan, orang yang bersyukur lebih tinggi ketimbang orang yang sabar. Karena orang sabar terdesak oleh keadaan. Apa boleh buat maupun mau tidak mau. Kalau bersyukur dia akan lebih menghargai apa yang didapatkan. Inilah yang tertanam dalam puasa. Puasa mengajarkan orang tidak hanya sabar, tetapi juga bersyukur.
Selain bersyukur, puasa juga mengajarkan untuk menjaga sesuatu yang halal. Kalau dilanggar, makan yang halal tersebut menjadi haram dan mubazir. Selain itu, dengan mengendalikan halal tersebut, kita akan mendapatkan nikmat.
Jangankan kita berjumpa dengan Allah, belum berjumpa saja kita sudah mendapatkan nikmat. Tidak selamanya kita merasakan lapar dan haus. Kalau begitu, apa susahnya taat sebentar. Hidup di dunia ini tidak lama. Kita pasti ke akhirat. Apa susahnya bertaqwa sebentar.
Melakukan maksiat memang enak. Tapi itu semua hanya kenikmatan sesaat. Hal itu juga disebut dalam al-Quran. Kalau tidak enak, untuk apa manusia melakukan maksiat. Nikmat yang dirasakan hanya nikmat jasmanis. Islam tidak mengajarkan keenakan. Tapi Islam mengajarkan kenikmatan, ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Dalam konteks jiwa hati, dan rohani. (disampaikan kepada wartawan INDOPOS/cdl)
Ustad Muhammad Arifin Ilham
Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra
Islam Ajarkan Kenikmatan bukan Keenakan
Setiap orang pasti memiliki dosa. Dosa-dosa tersebut membuat orang menjadi gelisah. Semakin banyak dosa yang dibuat, maka orang tersebut tinggal menunggu waktu mendapatkan kesialan dari Allah. Hanya orang yang bertaqwa yang akan selamat dari kesialan tersebut.
Dalam al-Quran Surat Yunus ayat 62-64: “Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. Dapat dijelaskan, hanya orang yang sungguh-sungguh bertaqwa kepada Allah akan tidak hanya dibahagiakan di akhirat saja. Melainkan ketika mereka hidup di dunia.
Karena itu, kita diajarkan oleh Allah. Allah sangat bertanggung jawab terhadap ciptaannya. Bukan hanya diciptakan kemudian dibiarkan. Manusia diberi rizki, diturunkan al-Quran, diberika fasilitas alam, dan diciptakan mahluk lain yang bisa bekerja sama.
Salah satu pendidikan yang diajarkan adalah puasa atau saum. Selain itu, ada juga pendidikan syahadat lainnya seperti pendidikan sholat, pendidikan naik haji, dan pendidikan zakat. Itu semua adalah ibadah tarbiyah. Tarbiyah itu trainning atau pendidikan dari Allah kepada kita.
Untungnya semua ibadah tarbiyah tersebut diwajibkan. Kalau disunahkan, maka sangat jarang orang yang mau melaksanakannya. Tidak akan ada orang yang berpuasa. Makanya pendidikan tersebut wajib.
Selama ini, tidak sedikit manusia yang belum memahami tentang puasa. Kita kadang-kadang seperti anak-anak. Anak-anak kalau mau mandi susah. Kalau diberi makan harus dikejar-kejar dulu. Karena anak kecil tidak mengerti tentang nikmatnya mandi dan makan. Dengan mandi dia bersih. Dengan makan dia sehat. Dengan berpuasa, kita akan menjadi orang yang bertaqwa. Makanya kita ditrainning oleh Allah.
Kadar kenikmatan seseorang dalam berpuasa berbeda-beda. Orang yang berpuasa nikmat sih nikmat. Tapi jauh berbeda dengan orang yang merindukan datangnya Ramadan. Namun bagi orang lain mungkin puasa adalah bulan kelaparan. Sehingga kadar dan hasil yang didapatkan dalam berpuasa berbeda-beda. Orang yang bergembira, pada akhir Ramadan akan bersedih. Saat puncaknya mereka akan bersedih karena ditinggalkan oleh Ramadan. Sedangkan orang yang terpaksa, mereka akan bergembira.
Ketika puasa, yang dikendalikan oleh Allah adalah hal-hal yang halal. Misalnya makan, minum, dan hubungan suami isteri. Kalau yang halal bisa kita kendalikan apalagi yang haram.
Islam itu mengajarkan mengajarkan seperlunya. Bukan semaunya. Seperlunya kita ternyata tidak banyak jika hanya makan dan minum. Kalau semaunya, maka tidak akan ada habisnya. Islam mengajarkan kalau manusia membutuhkan materi, tapi tidak menjadikan materi diatas segala-galanya.
Karena kita membutuhkan materi, Islam mengajarkan juhud. zuhud itu, bukan orang yang tidak memiliki dunia. Justru, dunia yang dimiliki dia. Misalnya dia orang kaya. Dengan kaya dia bisa membuat rumah. Dia punya jabatan. Dengan jabatan dia amanah. Dia berilmu. Dengan ilmu dia rendah hati. Dia populer. Dengan populer dia bisa jadi teladan. Jadi, apa yang diberikan Allah kepada dia adalah hikmat dan jadi manfaat. Namun, sekarang ini banyak orang yang kaya, punya ilmu, dan populer sering bertingkah. Sehingga mereka lupa kepada Allah yang sudah memberikan segalanya. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tidak pernah bersyukur.
Dalam Islam disebutkan, orang yang bersyukur lebih tinggi ketimbang orang yang sabar. Karena orang sabar terdesak oleh keadaan. Apa boleh buat maupun mau tidak mau. Kalau bersyukur dia akan lebih menghargai apa yang didapatkan. Inilah yang tertanam dalam puasa. Puasa mengajarkan orang tidak hanya sabar, tetapi juga bersyukur.
Selain bersyukur, puasa juga mengajarkan untuk menjaga sesuatu yang halal. Kalau dilanggar, makan yang halal tersebut menjadi haram dan mubazir. Selain itu, dengan mengendalikan halal tersebut, kita akan mendapatkan nikmat.
Jangankan kita berjumpa dengan Allah, belum berjumpa saja kita sudah mendapatkan nikmat. Tidak selamanya kita merasakan lapar dan haus. Kalau begitu, apa susahnya taat sebentar. Hidup di dunia ini tidak lama. Kita pasti ke akhirat. Apa susahnya bertaqwa sebentar.
Melakukan maksiat memang enak. Tapi itu semua hanya kenikmatan sesaat. Hal itu juga disebut dalam al-Quran. Kalau tidak enak, untuk apa manusia melakukan maksiat. Nikmat yang dirasakan hanya nikmat jasmanis. Islam tidak mengajarkan keenakan. Tapi Islam mengajarkan kenikmatan, ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Dalam konteks jiwa hati, dan rohani. (disampaikan kepada wartawan INDOPOS/cdl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar