Tsunami Besar Mengancam Indonesia
JAKARTA – Indonesia nampaknya tidak pernah lepas dari bencana tsunami. Setelah beberapa tahun lalu kita semua dikagetkan dengan tsunami yang melanda Aceh dan Nias. Kini, bahaya serupa kembali mengancam Indonesia. Tepatnya berada di sekitar Bengkulu.
Sejumlah peneliti menemukan adanya potensi tsunami dan gempa berkekuatan 9 skala richter pada titik sekitar 140 kilometer dari lepas pantai Bengkulu. Saat ini, titik tersebut masih terkunci. Namun tidak diketahui kapan titik tersebut akan terbuka. Jika tsunami tersebut benar terjadi, maka kecepatan gempanya mencapai 7.000 kilometer per jam. Sedangkan kecepatan tsunaminya 150 kilometer per jam. Dalam waktu 15-20 menit, ombak setinggi 10 meter akan menghantam dataran dan merusak segalanya.
“Saat ini masih terkunci. Energi yang dimilikinya kalau tidak salah sama dengan tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Setiap bulan, para peneliti terus melakukan penelitian di dataran maupun kedalaman laut,” ujar Kepala Pussat Penelitian Geologi Kelautan Departemen Enegri dan Sumber Daya Mineral Subaktian Lubis kepada INDOPOS saat Seminar Nasional Geomorfologi LIPI di Gedung Pusat Oseanografi LIPI Jalan Pasir Putih I Ancol Jakarta Utara, Rabu (9/9).
Menurut Subaktian, potensi tsunami yang cukup besar tersebut berada lokasi yang bernama prima akresi. Tempat ini berada diantara lantai samudera dengan palung laut. Perbatasannya keduanya disebuat prima akresi.
“Lempengan samudera di Aceh sudah patah. Begitu juga lempengan di selatan Pulau Jawa. Yang belum patah hanya di sekitar Bengkulu tersebut. Namun, belum diketahui kapan lempengan tersebut juga akan patah,” terangnya.
Dijelaskan Subaktian, patahan lempeng terjadi karena menyesuaikan dengan lempeng sebelumnya yang sudah patah di Aceh. Setiap tahun lempengan samudera bergerak 6-7 centimeter. Diperkirakan, patahan tersebut baru akan terjadi tahun 2030 mendatang.
“Pada 1833 di tempat tersebut juga pernah terjadi patahan yang sama. Biasanya, patahan akan kembali terjadi 50-80 tahun kemudian pada titik yang sama. Tsunami paling parah akan terjadi kalau terjadi patahan vertikal. Prima akresi yang berada di Barat Sumatera dan Selatan Jawa panjangnya mencapai ribuan kilometer mulai dari Adaman Aceh hingga Laut Banda,” katanya.
Peneliti Geologi Kelautan lainnya Ediar Usman mengatakan, panjang titik yang rawan gempa dan tsunami di Selatan Pulau Jawa mencapai 1.500 kilometer. Gempa dan tsunami kemungkinan terjadi di daerah teluk. Sedangkan konsentrasi penduduk dan ekonomi kebanyak di wilayah tersebut.
“Kemungkinan terjadinya tsunami 70-80 persen. Khusus untuk teluk. Penduduk harus waspada jika terjadi gempa di laut,” bebernya.
Ediar menghimbau, penduduk yang berada di teluk agar berpindah ke daerah yang memiliki ketinggian minimal 10 meter dari permukaan laut. Sebab, tsunami yang kemungkinan terjadi ketinggiannya tidak lebih dari 10 meter.
“Ada 3 zona rawan. Yaitu zona bahaya kuat sejauh 0-200 meter. Zona bahaya ringan 200-500 meter. Dan zona bahaya ringan di atas 500 meter. Kalau sudah 1 kilometer tidak akan ada gelombang lagi,” pungkasnya. (cdl)
JAKARTA – Indonesia nampaknya tidak pernah lepas dari bencana tsunami. Setelah beberapa tahun lalu kita semua dikagetkan dengan tsunami yang melanda Aceh dan Nias. Kini, bahaya serupa kembali mengancam Indonesia. Tepatnya berada di sekitar Bengkulu.
Sejumlah peneliti menemukan adanya potensi tsunami dan gempa berkekuatan 9 skala richter pada titik sekitar 140 kilometer dari lepas pantai Bengkulu. Saat ini, titik tersebut masih terkunci. Namun tidak diketahui kapan titik tersebut akan terbuka. Jika tsunami tersebut benar terjadi, maka kecepatan gempanya mencapai 7.000 kilometer per jam. Sedangkan kecepatan tsunaminya 150 kilometer per jam. Dalam waktu 15-20 menit, ombak setinggi 10 meter akan menghantam dataran dan merusak segalanya.
“Saat ini masih terkunci. Energi yang dimilikinya kalau tidak salah sama dengan tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Setiap bulan, para peneliti terus melakukan penelitian di dataran maupun kedalaman laut,” ujar Kepala Pussat Penelitian Geologi Kelautan Departemen Enegri dan Sumber Daya Mineral Subaktian Lubis kepada INDOPOS saat Seminar Nasional Geomorfologi LIPI di Gedung Pusat Oseanografi LIPI Jalan Pasir Putih I Ancol Jakarta Utara, Rabu (9/9).
Menurut Subaktian, potensi tsunami yang cukup besar tersebut berada lokasi yang bernama prima akresi. Tempat ini berada diantara lantai samudera dengan palung laut. Perbatasannya keduanya disebuat prima akresi.
“Lempengan samudera di Aceh sudah patah. Begitu juga lempengan di selatan Pulau Jawa. Yang belum patah hanya di sekitar Bengkulu tersebut. Namun, belum diketahui kapan lempengan tersebut juga akan patah,” terangnya.
Dijelaskan Subaktian, patahan lempeng terjadi karena menyesuaikan dengan lempeng sebelumnya yang sudah patah di Aceh. Setiap tahun lempengan samudera bergerak 6-7 centimeter. Diperkirakan, patahan tersebut baru akan terjadi tahun 2030 mendatang.
“Pada 1833 di tempat tersebut juga pernah terjadi patahan yang sama. Biasanya, patahan akan kembali terjadi 50-80 tahun kemudian pada titik yang sama. Tsunami paling parah akan terjadi kalau terjadi patahan vertikal. Prima akresi yang berada di Barat Sumatera dan Selatan Jawa panjangnya mencapai ribuan kilometer mulai dari Adaman Aceh hingga Laut Banda,” katanya.
Peneliti Geologi Kelautan lainnya Ediar Usman mengatakan, panjang titik yang rawan gempa dan tsunami di Selatan Pulau Jawa mencapai 1.500 kilometer. Gempa dan tsunami kemungkinan terjadi di daerah teluk. Sedangkan konsentrasi penduduk dan ekonomi kebanyak di wilayah tersebut.
“Kemungkinan terjadinya tsunami 70-80 persen. Khusus untuk teluk. Penduduk harus waspada jika terjadi gempa di laut,” bebernya.
Ediar menghimbau, penduduk yang berada di teluk agar berpindah ke daerah yang memiliki ketinggian minimal 10 meter dari permukaan laut. Sebab, tsunami yang kemungkinan terjadi ketinggiannya tidak lebih dari 10 meter.
“Ada 3 zona rawan. Yaitu zona bahaya kuat sejauh 0-200 meter. Zona bahaya ringan 200-500 meter. Dan zona bahaya ringan di atas 500 meter. Kalau sudah 1 kilometer tidak akan ada gelombang lagi,” pungkasnya. (cdl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar