Minggu, 13 September 2009

Spirit Ramdan Nasir Abas


Oleh:
Nasir AbasRata PenuhMantan Ketua Mantiqi III Jemaah Islamiyah

Belajarlah Kepada al-Quran

Seluruh umat Islam di dunia sedang melasanakan ibadah puasa. Salah satu ibadah yang disunahkan saat puasa adalah membaca al-Quran atau biasa disebut tadarus. Dengan membaca al-Quran kita akan mengetahui panduan yang diberikan Allah kepada umatnya untuk menjalani hidup ini.
Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183 yang menjelaskan tentang puasa, disebutkan puasa merupakan sesuatu yang wajib bagi umat Islam agar kita memperoleh ketaqwaan. Nah, untuk memperoleh ketaqwaan kita harus memahami sisi-sisi al-Quran. Tidak mudah untuk mempelajarinya. Salah-salah kita bisa menjadi orang-orang seperti Noordin M Top dan teman-temannya.
Berdasarkan pengalaman yang saya peroleh ketika masih bergabung dalam Jemaah Islamiyah (JI), orang yang ilmu agamanya dalam masih bisa dipengaruhi hingga menjauhi agamanya. Ini menandakan ilmu agama saja tidak cukup untuk melawan pengaruh jahat dari luar.
Diperlukan tingkat kecerdasan yang tinggi untuk menyeimbangkannya. Dengan kecerdasan seseorang tidak akan mudah dipengaruhi. Mereka akan selalu kritis dengan masukan-masukan yang diberikan. Mereka selalu mencari orang lain untuk membandingkan masukan tersebut.
Dengan berpuasa juga sama. Kita belajar setiap harinya. Belajar menahan nafsu dan belajar memaknai al-Quran. Semakin sering kita membaca al-Quran, maka semakin sering pula kita belajar. Dalam al-Quran semuanya ilmu sudah ada. Mulai dari yang berbau eksak hingga ilmu sosial.
Sayangnya, kita masing kurang membaca al-Quran. Kita lebih suka mempelajari ilmu melalui bangku sekolah maupun kuliah. Walapun kedua benar. Tapi, apa salahnya kalau dalam satu bulan ini kita lebih banyak belajar menggunakan al-Quran.
Sebenarnya tidak susah untuk berlajar melalui al-Quran. Tergantung kepada niat seseorang. Allah menciptakan manusia pasti memiliki kegunaan. Hanya manusia bodoh saja yang menganggap dirinya tidak berguna.
Orang yang senang berpuasa dan membaca al-Quran merupakan orang yang sholeh. Biasanya, orang sholeh tidak mudah dipengaruhi. Sebab, selain pintar agamanya, juga ilmunya.
Menurut saya, kenapa Dani dan Nana ditunjuk sebagai pembawa bom bukan Ibrohim maupun Saefudin Zuhri. Karena Dani dan Nana tidak tidak memiliki kecerdasan seperti yang dipunya Ibrohim dan Saefudin. Para teroris juga pandai. Mereka tidak akan mengorbankan orang-orang yang cerdas untuk membawa bom. Bahkan, mereka berusaha untuk melindunginya.
Dari situ, kita harus bercermin. Sudah kan kita memiliki ilmu yang banyak. Atau minimal sekian persen saja dari kandungan ilmu yang ada di dalam al-Quran. Kalau belum mulainya dari sekarang belajar al-Quran. Apalagi selama bulan puasa ini, jika kita sering membaca al-Quran, tentunya kita lebih banyak mendapat pahala lagi.
Allah sudah berjanji, dalam surat Fathir ayat 29-30 yang berbunyi "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.
Kita semua tahu bahwa Allah tidak akan membohongi umatnya. Kalau kita sudah percaya hal tersebut kenapa kita masih malas membaca al-Quran. Apakah kita memang sudah jauh dari agama. Atau para pelaku teror selama ini berhasil membuat kita jauh dari agama dan al-Quran.
Saya percaya, kalau kita bisa memahami al-Quran sebenar-benarnya, tanpa sepotong-sepotong, kita bisa menangkal terorisme. Pelaku teror jumlah sedikit. Hanya saja yang melindungi mereka yang banyak. Kita tidak perlu takut. Kita tidak tahu siapa yang mejadi terors atau siapa yang benar-benar baik. Saya sarankan agar tidak mudah berjanji kepada orang disekitar kita. (disampaikan kepada wartawan INDOPOS/cdl)

Tidak ada komentar: