Jumat, 11 September 2009

wawancara Rektor Thamrin Tamagola


Mudik Ajang Pamer

Mudik merupakan suatu kebiasaan orang Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri. Jutaan orang berbondong-bondong kembali ke kampung halamannya masing-masing. Sebenarnya, apakah tujuan orang untuk mudik? Berikut petikan wawancara INDOPOS dengan Prof. Dr. Thamrin Amal Tamagola, sosiolog dari Univerisitas Indonesia, kemarin.

Mudik terjadi setiap tahun. Apa mendasari masyarakat untuk mudik?

Sebenarnya konsentrasi uang dan materi ada di wilayah perkotaan. Jadi banyak orang dari desa untuk mengejar pendidikan dan pekerjaan. Tetapi basis sosial mereka tetap ada di desa atau kampung msing-masing. Kalau sudah merantau, untuk menunjukan keberhasilannya, mereka kembali ke desa atau biasa disebut mudik.

Maksud keberhasilan tersebut?

Sebenarnya, mudik itu ajang pamer. Pamer kesuksesan di kota. Siapa yang paling banyak mengumpulkan materi. Namun, ada juga yang pamer keberhasilan sekolah atau pamer titel. Hal tersebut memberikan kepuasan sosial kepada orang yang mudik.

Kepuasan sosial seperti apa?

Perasaan diterima dan diakui dalam pergaulan sosial di kampungnya. Di kota mereka hanya sementara. Bahkan untuk tinggal pun tidak karuan. Mereka kerja keras dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya kemudian di bawa pulang ke kampung halaman. Sifat dasar manusia adalah mahluk sosial yang selalu meminta pengakuan dari lingkungannya. Akan sangat nyaman di suatu lingkungan yang mengakui dia.

Kenapa harus saat Idul Fitri?

Karena hari raya seluruh anggota keluarga berkumpul. Secara tradisional sangat dihormati. Hari berkumpul semua orang. Walau terpencar-pencar di seluruh dunia, mereka akan pulang. Mudik saat hari besar tidak hanya terjadi di Indonesia. Di barat juga sama. Saat Natal itu hari keluarga.

Berarti setiap orang pasti mudik?

Tidak juga. Yang melakukan mudik hanya orang yang sukses. Sedangkan orang yang tidak sukses tidak akan pulang. Kalau tidak sukses tetap pulang, mereka akan mendapatkan semacam omongan. Hal tersebut sangat berat untuk mereka. Menjadi suatu siksaan batin. Akhirnya mereka memilih tahun depan atau jika sudah sukses. Selain itu, ada orang yang merasa lebih diakui dan dihormati di lingkungan barunya malah tidak pulang.

Kalau ada yang tidak mudik, berarti jumlah pemudik bisa dikurangi?

Jumlah pemudik tidak bisa dikurangi. Itu sangat masnusiawi dan sosial. Mudik merupakan sesuatu yang tidak bisa dikotak-katik oleh pemegang kebijakan. Karena itu sifat dasar manusia.

Langkah pemerintah untuk mengatasi mudik?

Pemeritah tidak perlu banyak emncampuri. Bagusnya, pemerintah itu hanya memfasilitasi alat transportasi dan sarana yang bagus. Jalan-jalan yang bagus supaya orang bisa pualng kampung. Selain itu, tiket-tiket tidak habis oleh calo. Itu pekerjaan pemerintah.

Bagaimana dengan maraknya perusahaan yang melakukan mudik bareng?

Mudik yang dilakukan perusahaan sangat bagus. Memang pada akhirnya mudik kemudian diambil alih oleh bisnis. Sebab, mereka mempunyai kepentingan dengan karyawan maupun pelanggannya. Justru bisnis yang paling banyak melakukannya. (cdl)

Tidak ada komentar: