Jumat, 11 September 2009

Spirit Ramadan AM Fatwa


AM Fatwa*
*Wakil Ketua MPR

Waskat Cetak Pejabat Bersih

Sudah menjadi tema klise bahwa pemerintah di Indonesia ini masih korup. Sebagian pejabat masih belum bersih. Belum punya integritas. Dengan bulan puasa ini, diharapkan menjadi sarana latihan mental untuk melatih keimanan. Berbagai pengajian dan pengkajian terhadap makna Ramadan di sejumlah tempat semoga membawa dampak positif. Dapat mewujudkan pemerintahan yang bersih dan reformasi di segala bidang.
Sebenaranya dulu ada istilah pengawasan melekat (waskat). Tapi itu lebih banyak simbolik ketimbang praktiknya. Seolah-olah hanya simbol yang dilukiskan di media. Pengawasan melekat itu adalah bagaimana cara menjadikan kegiatan spiritual dan sosial mempunyai dampak pada pemerintahan yang bersih.
Pengawasan melekat itu adalah pengawasan yang dilakukan diri sendiri. Sebab, kebersihan jiwa selalu melekat dalam diri seseorang. Bukan karena dilihat atasan atau penegak hukum. Melekat terus pada diri sendiri, khususnya pada pejabat negara.
Pada satu sisi, kita harus mengoreksi penegak hukum. Penegakan hukum mempertinggi daya kerja dari para penegak hukum sendiri. Para penegak hukum itu manusia juga, yang harus mempunyai kesiapan mental. Kalau tidak bagaimana mau menegakkan hukum.
Kesiapan mental dapat dilatih dengan mengikuti kegiatan sosial dan harus merujuk kepada kegiatan keagamaan pada khususnya. Kalau bukan agama, rujukan apalagi yang mampu memperbaiki mental dan akhlak. Tidak ada yang lain selain agama. Lantas, kegiatan keagamaan tersebut dielaborasi dalam berbagai sektor.
Sekarang ini, ada program atau gerakan dari pemerintah untuk reformasi birokrasi. Karena sesungguhnya sarang penyimpangan yang merusak birokrasi itu ada di birokrasi itu sendiri. Termasuk pejabat negara, di dalamnya ada DPR. Kita sudah tahu bahwa di DPR banyak juga terjadi penyimpangan. Namun, karena mereka wakil rakyat, maka sangat mudah diteropong oleh masyarakat. Di dalam lembaga birokrasi ini, banyak mafia penyimpangan yang sulit diteropong masyarakat.
Sebenarnya masalah korupsi sudah menjadi budaya karena banyak mafia peyimpangan itu. Mereka berjalan menggurita, sehingga praktiknya sulit diberantas karena sudah menjadi kultur. Contoh paling kecil adalah pembuatan KTP pasti ada ongkos tintanya.
Saya akui, program reformasi birokrasi yang dilakukan belum berjalan sepenuhnya. Tapi niat dan tekad yang dilakukan pemerintah sekarang ini harus kita hargai. Pemberantasan korupsi beberapa tahun lalu tidak sekencang sekarang ini. Sekarang korupsi sudah membudaya sehingga tidak bisa diberantas sekaligus. Tidak bisa tanpa tebang pilih. Kalau semuanya bisa mengguncang birokrasi pemerintahan.
Nantinya akan muncul pendapat siapa yang memberantas dan siapa yang diberantas. Ini masih sulit. Tapi toh harus ada langkah-langkah yang konkret dan berkelanjutan.
Penyimpangan paling banyak terjadi adalah di aparat penegak hukum. Ini banyak penyebabnya. Untuk itu, kita semua harus kembali ke pengawasan melekat itu dengan merujuk kepada kesadaran agama. Orang yang memiliki kesadaran beragama itu tidak mudah untuk menyimpang. Dia pasti memiliki berbagai pertimbangan sebelum bertindak.
Untuk meningkatkan kesadaran agama, dapat dilakukan dari hal-hal terkecil.
Saat ini banyak sekali kelompok zikir. Salah satunya pimpinan Arifin Ilham. Dengan melakukan zikir, kita akan ingat kepada Allah. Kalau dia ingat dengan Allah pasti dia tidak akan korupsi dan sebagainya. Pengawasan dalam diri sendiri lebih kuat. Itu yang disebut pengawasan melekat.
Selama Ramadan ini, kita harus semakin meningkatkan kesadaran terhadap agama. Sehingga pengawasan diri juga ikut meningkat. Namun, mendekatkan diri jangan hanya saat puasa. Ketika puasa lepas lagi. Itu sama saja bohong. Pengawasan melekat harus dilakukan secara berkelanjutan. Jangan hanya meningkat saat Ramadan dan berhenti usai Ramadan. (disampaikan kepada wartawan INDOPOS/cdl)

Tidak ada komentar: