Suasana Puasa “di Balik Tembok” Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Tangerang
Rajin Ibadah Dapat Nilai Plus untuk Remisi
Menjadi tahanan di lembaga pemasyarakat (Lapas) bagi seorang wanita memang tidak enak. Setiap hari, harus jauh dari keluarga dan orang yang disayangi. Apalagi di Bulan Ramadan ini. Tapi, bagaimanakah sebenarnya suasana puasa di dalam Lapas Wanita Tangerang. Berikut laporannya.
DEDI MIRWAN, Tangerang
Gerbang Lapas yang terletak di Jalan Taman Makan Pahlawan (TMP) Taruna Kota Tangerang masih tertutup rapat. Sesekali saja ada orang yang keluar masuk Lapas khusus untuk kaun hawa tersebut. Pengamanan cukup ketat mulai terasa ketika INDOPOS mendekati gerbang Lapas yang berwarna hijau gelap itu.
Setiap orang yang ingin masuk atau menjenguk tahanan harus meninggalkan kartu indentitas. Tidak hanya itu saja, alat komunikasi seperti telepon genggam harus ditinggalkan di pintu masuk. Pengunjung tidak perlu khawatir, karena barang yang ditinggalkan pasti aman dan tidak akan tertukar dengan milik orang lain. Sebab, setiap barang yang dititipkan diberikan nomor.
Memasuki dalam Lapas, kita tidak akan menemui banyak penjaga. Hanya ada tiga orang petugas yang berjaga di pintu masuk yang memisahkan area kantor Lapas dan area tahanan.
Tidak seperti kebanyakan pandangan orang awam tentang penjara, di Lapas berkapasitas 250 orang ini, setiap warga binaan (sebutan untuk tahanan) dibiarkan bebas berkeliaran. Ada yang sedang sibuk membeli makanan di kantin dan mengambil air minum bagi yang tidak berpuasa, ada juga yang sedang menjahit baju dan membuat kerajinan tangan. Hanya di jam-jam tertentu saja mereka tidak boleh keluar. Untuk warga yang dijenguk akan dipanggil menggunakan pengeras suara.
Selama Ramadan, berbagai kegiatan telah disiapkan untuk warga binaan. Mulai dari tadarusan hingga sholat tarawih berjamaah. Bahkan, pihak Lapas mendatangkan ustad khusus untuk menjadi imam sholat tarawih.
Dedeh Kurniasih, salah satu warga binaan mengaku, selama puasa ini dirinya lebih khusuk dan sering menjalankan ibadah. Godaan-godaan yang bisa ditemui di luar, tidak ditemui di dalam Lapas.
“Setiap hari kita dibangunin jam 03.00 setiap harinya untuk sahur. Makannya tidak harus berebutan, karena sudah disediakan disetiap blok tahanan,” ungkap wanita yang divonis hukuman selama 8 tahun penjara ini.
Dikatakan Ade, sapaan akrab Dedeh Kurniasih, selama puasa, warga binaan mendapatkan tambahan kegiatan seperti tadarusan dan sholat tarawih bersama. Waktu untuk tadarusan lebih banyak ketimbang bulan lainnya. Kalau ada waktu luang, setiap warga binaan dapat mengerjakan kegiatan sehari-harinya, seperti menjahit baju dan membuat kerajinan.
“Kita tadarusan dari habis sholat dzuhur hingga menjelang ashar. Sesudah itu, biasanya kita beristirahat. Karena selama puasa, latihan bola voli ditiadakan,” pungkas Ade.
Dari hasil menjahit dan membuat kerajinan tangan, lanjut wanita asal Cinajur ini, warg binaan mendapatkan premi (upah untuk setiap karya yang dihasilkan). Untuk menjahit, setiap orang mendapatkan 50 persen dari harga barang yang dibuat. Sedangkan kerajinan tangan hanya 20 persen.
“Kalau baju yang dijahit dipakai oleh tahanan lainnya. Sedangkan kerajinan dijual ke petugas Lapas dan tamu yang datang berkunjung. Uang premi tidak dipegang tahanan, tapi dimasukan dalam leter D (buku tabungan warga binaan). Setiap akan belanja di kantin harus pake buku itu,” kata Ade.
Diakui wanita yang terjerat kasus penganiayaan ini, dirinya mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan soal hukum selama mendekam di Lapas. Pengetahun tersebut didapatkan dari narapidana lain yang menceritakan pengalaman mereka selama mengikuti proses hukum hingga persidangan.
“Kadang-kadang ada yang curhat selama disidang. Dari situ kita bisa tahu banyak soal pasal-pasal dalam KUHP. 338 tentang pembuhuhan, 351 tentang penganiayaan. Ga kalah sama polisi deh,” kelakarnya.
Disamping itu, kata Ade, selama puasa banyak sekali majelis taklim maupun orang penting yang mengunjungi. Besok (hari ini-red) ada kunjungan dari majelis taklim al-Islah. Mereka biasanya memberikan bantuan dan melakukan penyuluhan soal agama. “Sekalian nambah-nambah ilmu agama kita. Tahun lalu Dorce Gamala ikut sholat tarawih bareng. Rencananya, pertengahan bulan depan artis dari film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) akan berkunjung,” tegasnya.
Kepala Lapas Wanita Tangerang Arti Wirastuti mengatakan, selama puasa, Lapas sudah menyiapkan beberapa program kegiatan baru untuk warga binaan. Selain tadarusan, juga ada sholat tarawih bersama. Lapas sudah menyiapkan orang-orang khusus untuk memimpin tarawih. Imam tersebut berasal dari FUII Tangerang dan ESQ Korda Tangerang. Saat sore hari, dilakukan nonton bareng kultum di televisi.
“Kita ingin mereka merasa seperti puasa di rumah saja. Makan harus dibuat kegiatan-kegiatan yang membuat mereka senang,” kata Arti.
Menurut Arti, warga binaan yang rajin melaksanakan ibadah saat Ramadan akan mendapatkan nilai tambah untuk remisi keagamaan. Remisi ini akan diberikan saat Idul Fitri dan hari besar keagamaan lainnya.
“Ada petugas yang mengawasi mereka. Setiap ibdah yang dilakukan dinilai dan dihitung saat akhir Ramadan,” tandasnya.
Arti menjelaskan, total warga binaan di Lapas Wanita sebanyak 344 orang. Sedangkan tahanan titipan sebanyak 83 orang. Warga binaan yang memiliki anak yang dirawat di dalam lapas sebanyak 6 orang. Mereka semua ditempatka di tujuh blok tahanan. Blok-blok tersebut adalah blok anggerek, anyelir, dahlia, menara, melati, kenanga, dan mawar.
“Warga binaan menggunaan baju warna biru. Sedangkan tahanan titipan masih menggunakan baju bebas,” terangnya. (*)
Rajin Ibadah Dapat Nilai Plus untuk Remisi
Menjadi tahanan di lembaga pemasyarakat (Lapas) bagi seorang wanita memang tidak enak. Setiap hari, harus jauh dari keluarga dan orang yang disayangi. Apalagi di Bulan Ramadan ini. Tapi, bagaimanakah sebenarnya suasana puasa di dalam Lapas Wanita Tangerang. Berikut laporannya.
DEDI MIRWAN, Tangerang
Gerbang Lapas yang terletak di Jalan Taman Makan Pahlawan (TMP) Taruna Kota Tangerang masih tertutup rapat. Sesekali saja ada orang yang keluar masuk Lapas khusus untuk kaun hawa tersebut. Pengamanan cukup ketat mulai terasa ketika INDOPOS mendekati gerbang Lapas yang berwarna hijau gelap itu.
Setiap orang yang ingin masuk atau menjenguk tahanan harus meninggalkan kartu indentitas. Tidak hanya itu saja, alat komunikasi seperti telepon genggam harus ditinggalkan di pintu masuk. Pengunjung tidak perlu khawatir, karena barang yang ditinggalkan pasti aman dan tidak akan tertukar dengan milik orang lain. Sebab, setiap barang yang dititipkan diberikan nomor.
Memasuki dalam Lapas, kita tidak akan menemui banyak penjaga. Hanya ada tiga orang petugas yang berjaga di pintu masuk yang memisahkan area kantor Lapas dan area tahanan.
Tidak seperti kebanyakan pandangan orang awam tentang penjara, di Lapas berkapasitas 250 orang ini, setiap warga binaan (sebutan untuk tahanan) dibiarkan bebas berkeliaran. Ada yang sedang sibuk membeli makanan di kantin dan mengambil air minum bagi yang tidak berpuasa, ada juga yang sedang menjahit baju dan membuat kerajinan tangan. Hanya di jam-jam tertentu saja mereka tidak boleh keluar. Untuk warga yang dijenguk akan dipanggil menggunakan pengeras suara.
Selama Ramadan, berbagai kegiatan telah disiapkan untuk warga binaan. Mulai dari tadarusan hingga sholat tarawih berjamaah. Bahkan, pihak Lapas mendatangkan ustad khusus untuk menjadi imam sholat tarawih.
Dedeh Kurniasih, salah satu warga binaan mengaku, selama puasa ini dirinya lebih khusuk dan sering menjalankan ibadah. Godaan-godaan yang bisa ditemui di luar, tidak ditemui di dalam Lapas.
“Setiap hari kita dibangunin jam 03.00 setiap harinya untuk sahur. Makannya tidak harus berebutan, karena sudah disediakan disetiap blok tahanan,” ungkap wanita yang divonis hukuman selama 8 tahun penjara ini.
Dikatakan Ade, sapaan akrab Dedeh Kurniasih, selama puasa, warga binaan mendapatkan tambahan kegiatan seperti tadarusan dan sholat tarawih bersama. Waktu untuk tadarusan lebih banyak ketimbang bulan lainnya. Kalau ada waktu luang, setiap warga binaan dapat mengerjakan kegiatan sehari-harinya, seperti menjahit baju dan membuat kerajinan.
“Kita tadarusan dari habis sholat dzuhur hingga menjelang ashar. Sesudah itu, biasanya kita beristirahat. Karena selama puasa, latihan bola voli ditiadakan,” pungkas Ade.
Dari hasil menjahit dan membuat kerajinan tangan, lanjut wanita asal Cinajur ini, warg binaan mendapatkan premi (upah untuk setiap karya yang dihasilkan). Untuk menjahit, setiap orang mendapatkan 50 persen dari harga barang yang dibuat. Sedangkan kerajinan tangan hanya 20 persen.
“Kalau baju yang dijahit dipakai oleh tahanan lainnya. Sedangkan kerajinan dijual ke petugas Lapas dan tamu yang datang berkunjung. Uang premi tidak dipegang tahanan, tapi dimasukan dalam leter D (buku tabungan warga binaan). Setiap akan belanja di kantin harus pake buku itu,” kata Ade.
Diakui wanita yang terjerat kasus penganiayaan ini, dirinya mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan soal hukum selama mendekam di Lapas. Pengetahun tersebut didapatkan dari narapidana lain yang menceritakan pengalaman mereka selama mengikuti proses hukum hingga persidangan.
“Kadang-kadang ada yang curhat selama disidang. Dari situ kita bisa tahu banyak soal pasal-pasal dalam KUHP. 338 tentang pembuhuhan, 351 tentang penganiayaan. Ga kalah sama polisi deh,” kelakarnya.
Disamping itu, kata Ade, selama puasa banyak sekali majelis taklim maupun orang penting yang mengunjungi. Besok (hari ini-red) ada kunjungan dari majelis taklim al-Islah. Mereka biasanya memberikan bantuan dan melakukan penyuluhan soal agama. “Sekalian nambah-nambah ilmu agama kita. Tahun lalu Dorce Gamala ikut sholat tarawih bareng. Rencananya, pertengahan bulan depan artis dari film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) akan berkunjung,” tegasnya.
Kepala Lapas Wanita Tangerang Arti Wirastuti mengatakan, selama puasa, Lapas sudah menyiapkan beberapa program kegiatan baru untuk warga binaan. Selain tadarusan, juga ada sholat tarawih bersama. Lapas sudah menyiapkan orang-orang khusus untuk memimpin tarawih. Imam tersebut berasal dari FUII Tangerang dan ESQ Korda Tangerang. Saat sore hari, dilakukan nonton bareng kultum di televisi.
“Kita ingin mereka merasa seperti puasa di rumah saja. Makan harus dibuat kegiatan-kegiatan yang membuat mereka senang,” kata Arti.
Menurut Arti, warga binaan yang rajin melaksanakan ibadah saat Ramadan akan mendapatkan nilai tambah untuk remisi keagamaan. Remisi ini akan diberikan saat Idul Fitri dan hari besar keagamaan lainnya.
“Ada petugas yang mengawasi mereka. Setiap ibdah yang dilakukan dinilai dan dihitung saat akhir Ramadan,” tandasnya.
Arti menjelaskan, total warga binaan di Lapas Wanita sebanyak 344 orang. Sedangkan tahanan titipan sebanyak 83 orang. Warga binaan yang memiliki anak yang dirawat di dalam lapas sebanyak 6 orang. Mereka semua ditempatka di tujuh blok tahanan. Blok-blok tersebut adalah blok anggerek, anyelir, dahlia, menara, melati, kenanga, dan mawar.
“Warga binaan menggunaan baju warna biru. Sedangkan tahanan titipan masih menggunakan baju bebas,” terangnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar