Mardigu W.P., Hipnoterapis Khusus Teroris
Noordin M Top terus mencari orang-orang untuk menjadi pengikutnya. Bagaimana cara gembong teroris paling diburu itu mendapatkan pengikut baru? Benarkan dia menggunakan hipnotis untuk mempengaruhi orang? Berikut pengakuan Mardigu Wowiek Prasantyo kerap membantu polisi untuk menginterogasi teroris. Ahli hipnoterapis ini
DEDI MIRWAN, Jakarta
Mardigu–sapaan akrab Mardigu Wowiek Prasantyo–tampak ceria ketika baru tiba di PT Titisan Sempurna di Jalan Senjaya No. 47 Kebayoran, Jakarta Selatan, tempat dia bekerja. Bapak yang sedang menungggu kelahiran anak keempatnya ini langsung mengajak INDOPOS ke ruang kerjanya. ’’Dari INDOPOS ya. Ke ruangan kerja saya saja di lantai atas,’’ katanya sambil memainkan telepon genggamnya. Ruang kerja tersebut memanjang ke belakang. Di dalamnya terdapat sebuah meja besar untuk rapat dan lemari yang menyimpan puluhan buku. Dari ruangan itu juga dapat melihat langsung ke bawah.Peraih gelar master di bidang Clinical Hynoterapist dari San Fransisco State University Amerika Serikat ini mengatakan, Noordin tidak melakukan hipnotis tertentu kepada orang yang dijadikan pengantin (orang yang melakukan bom bunuh diri). Mereka melakukannya dengan sadar dan tidak terkena hipnotis. Untuk mendapatkan orang, teroris merekrut orang dengan cara Waking Hipnosis. Untuk mendapatkan pengganti paling cepat sekitar 3 bulan.Hipnotis itu ada dua jenis, yaitu Trance Hipnosis dan Waking Hipnosis. Trance Hipnosis dilakukan dengan setengah sadar atau bahkan tidak sadar. Korban diberikan nilai-nilai baru dan dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu lama. Sedangkan Waking Hipnosis lebih permanen dan sebentar. Setiap orang bisa melakukan Waking Hipnosis. ’’Syaratnya, seluruh indera harus terpuasi,’’ jelas lulusan SMA 70 Jakarta ini.
Dilanjutkan Mardigu, proses Waking Hipnosis didukung dengan sudah adanya keinginan dari para pengantin untuk melakukan jihad. Keinginan ini yang dicari para perekrut orang-orang seperti Saefudin Zuhri.
“Kebanyakan orang yang menjadi pengantin memang sudah ada niat untuk jihad. Contohnya Amar Latin Sani. Sejak kecil dia sudah ingin jihad dan mati syahid. Orang-orang seperti ini yang dicari jaringan Noordin,” beber lelaki yang kini berusia 44 tahun ini.
Agar dapat mengetahui calon pengantin sudah ada niat untuk jihad, lanjut lelaki yang menimba ilmu di Amerika selama 5,5 tahun ini, dilakukan secara personal. Jika ada orang yang kelihatannya khusuk sholatnya, lancar baca Al-Qurannya lantas didekati. Kemudian diajak berdialog hingga mendapatkan wah faktor. Titik ini adalah titik dimana seseorang akan mengikuti setiap ucapan dan tindakan yang kita lakukan.
“Wah faktor sama seperti cinta pada pandangan pertama. Sebab, Synap (lapisan) di otak sudah terbuka. Tinggal diberikan doktrin. Segala yang dibicarakan sampai termimpi-mimpi. Doktirn tersebut masuk data base otak bawah sadar. Kalau sudah didalamnya. Tinggal nunggu waktu kapan siap untuk melakukan bom bunuh diri,” katanya.
Dalam berdialog biasanya bernuasa agama. Tema obrolan juga diarahkan bernuansa simpati. Saat korban sudah terpengaruh, baru diajak pergi ke suatu tempat dengan dalih outbond dalan lainnya selanjutnya dites. Orang yang dites dilihat seberapa berani mereka. Proses selanjutnya adalah menanamkan tentang kebencian terhadap sesuatu yang berbau barat. Ini yang dinamakan cuci otak. Cuci otak bukan menghilangkan data, tapi mengalihkan.
“Orang yang melakukan perekrutan adalah Saefudin Zuhri. Mereka memprogram orang untuk bunuh diri. Pembom bisa siapa saja. Kalau perlu orang yang tidak dikenal. Supaya tidak ada rasa cinta maupun sayang. Sedangkan orang yang masuk main program, salah satunya Saefudin dan Ibrohim pasti memiliki hubungan, baik itu pertemanan maupun saudara,” pungkas Mardigu.
Untuk mengembalikan orang yang sudah tercuci otaknya, kata penggemar film star wars ini, cukup mudah. Caranya sama seperti mereka melakukan perekrutan. Harus dilakukan pendekatan secara personal. Synap (lapisan) yang ada didalam otak harus bisa terbuka dan ditanamkan dengan nilai-nilai baru.
“Nilai-nilai yang ditanamkan jangan sampai bertentangan dengan nilai yang mereka miliki. Kalau bertentangan mereka akan melawan. Contohnya, nilai mereka jihad. Kita tidak boleh melarang mereka jihad. Tapi, diarahkan bahwa Indonesia bukan tempat jihad,” urainya.
Namun, untuk menanamkan kembali doktrin yang positif kepada pelaku teroris terkendala tempat. Pelaku teroris tidak dipisahkan dengan tahanan lainnya di dalam penjara. Padahal mereka seharusnya dipisahkan. Kalau disatukan, mereka malah bisa membuat jaringan baru. Banyak tahanan yang terpesona dengan mereka.
“Sekarang di penjara pikiran tetap sama. Tidak dilakukan pemorgraman ulang otak. Ideologi mereka tidak akan berubah. Malah makin sulit,” pungkas Mardigu seraya mengatakan sudah mengobati lebih dari 10 pelaku teroris yang tergabung dalam jaringan Noordin maupun bulan.
Dari hasil terapis yang dilakukan, aku Mardugi, dirinya mendapatkan buku pedoman atau hand book of Al-Qaeda. Dalam buku yang terdiri dari 4 bagian tersebut terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) dan teori merekrut orang dan melakukan pemboman. Setiap bagian buku diberikan penjelasan dan fungsi.
“Teroris selalu pindah-pindah. Mereka pindah tidak secara random. Ada SOPnya. Kalau secara random pasti sudah tertangkap. Kalau tinggal lebih dari 3 bulan harus memilih daerah yang dingin. Alasannya biaya rendah, aman dari peledakan, dan tidak perlu AC. Kemanapun mereka pergi pasti membaw bahan peledak yang bersifat panas. Selain itu, harus ada orang yang mengaransi. Kalau sudah aman baru pindah,” katanya.
Dalam buku tersebut juga dijelaskan mengenai target pemboman. Indonesia merupakan soft target. Sedangkan amerika hard target. Sebab, secara pribadi mereka hanya mengejar sesuatu yang berbendera Amerika dan Australia. Terlalu beresiko kalau mereka menjadikan Indonesia sebagai hard target. Mereka pasti diperangi oleh 200 juta penduduk Indonesia.
“Kalau menjadikan Indonesia sebagai hard target, mereka sudah melakukan pemboman terharap tempat-tempat startegis. Misalnya PLTA Jatiluhur. Selain itu, waktu persiapan hard target panjang,” urainya.
Mardugi berharap, suatu hari dapar bertemu langsung dengan Noordin. Dia sangat ingin melakukan penelitian terhadap Noordin. Berdasarkan data yang didapat, Noordin merupakan orang yang penuh amarah. “Noordin itu psikopat. Kalau diteliti pasti menarik,” kata Mardigu. (*)
Noordin M Top terus mencari orang-orang untuk menjadi pengikutnya. Bagaimana cara gembong teroris paling diburu itu mendapatkan pengikut baru? Benarkan dia menggunakan hipnotis untuk mempengaruhi orang? Berikut pengakuan Mardigu Wowiek Prasantyo kerap membantu polisi untuk menginterogasi teroris. Ahli hipnoterapis ini
DEDI MIRWAN, Jakarta
Mardigu–sapaan akrab Mardigu Wowiek Prasantyo–tampak ceria ketika baru tiba di PT Titisan Sempurna di Jalan Senjaya No. 47 Kebayoran, Jakarta Selatan, tempat dia bekerja. Bapak yang sedang menungggu kelahiran anak keempatnya ini langsung mengajak INDOPOS ke ruang kerjanya. ’’Dari INDOPOS ya. Ke ruangan kerja saya saja di lantai atas,’’ katanya sambil memainkan telepon genggamnya. Ruang kerja tersebut memanjang ke belakang. Di dalamnya terdapat sebuah meja besar untuk rapat dan lemari yang menyimpan puluhan buku. Dari ruangan itu juga dapat melihat langsung ke bawah.Peraih gelar master di bidang Clinical Hynoterapist dari San Fransisco State University Amerika Serikat ini mengatakan, Noordin tidak melakukan hipnotis tertentu kepada orang yang dijadikan pengantin (orang yang melakukan bom bunuh diri). Mereka melakukannya dengan sadar dan tidak terkena hipnotis. Untuk mendapatkan orang, teroris merekrut orang dengan cara Waking Hipnosis. Untuk mendapatkan pengganti paling cepat sekitar 3 bulan.Hipnotis itu ada dua jenis, yaitu Trance Hipnosis dan Waking Hipnosis. Trance Hipnosis dilakukan dengan setengah sadar atau bahkan tidak sadar. Korban diberikan nilai-nilai baru dan dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu lama. Sedangkan Waking Hipnosis lebih permanen dan sebentar. Setiap orang bisa melakukan Waking Hipnosis. ’’Syaratnya, seluruh indera harus terpuasi,’’ jelas lulusan SMA 70 Jakarta ini.
Dilanjutkan Mardigu, proses Waking Hipnosis didukung dengan sudah adanya keinginan dari para pengantin untuk melakukan jihad. Keinginan ini yang dicari para perekrut orang-orang seperti Saefudin Zuhri.
“Kebanyakan orang yang menjadi pengantin memang sudah ada niat untuk jihad. Contohnya Amar Latin Sani. Sejak kecil dia sudah ingin jihad dan mati syahid. Orang-orang seperti ini yang dicari jaringan Noordin,” beber lelaki yang kini berusia 44 tahun ini.
Agar dapat mengetahui calon pengantin sudah ada niat untuk jihad, lanjut lelaki yang menimba ilmu di Amerika selama 5,5 tahun ini, dilakukan secara personal. Jika ada orang yang kelihatannya khusuk sholatnya, lancar baca Al-Qurannya lantas didekati. Kemudian diajak berdialog hingga mendapatkan wah faktor. Titik ini adalah titik dimana seseorang akan mengikuti setiap ucapan dan tindakan yang kita lakukan.
“Wah faktor sama seperti cinta pada pandangan pertama. Sebab, Synap (lapisan) di otak sudah terbuka. Tinggal diberikan doktrin. Segala yang dibicarakan sampai termimpi-mimpi. Doktirn tersebut masuk data base otak bawah sadar. Kalau sudah didalamnya. Tinggal nunggu waktu kapan siap untuk melakukan bom bunuh diri,” katanya.
Dalam berdialog biasanya bernuasa agama. Tema obrolan juga diarahkan bernuansa simpati. Saat korban sudah terpengaruh, baru diajak pergi ke suatu tempat dengan dalih outbond dalan lainnya selanjutnya dites. Orang yang dites dilihat seberapa berani mereka. Proses selanjutnya adalah menanamkan tentang kebencian terhadap sesuatu yang berbau barat. Ini yang dinamakan cuci otak. Cuci otak bukan menghilangkan data, tapi mengalihkan.
“Orang yang melakukan perekrutan adalah Saefudin Zuhri. Mereka memprogram orang untuk bunuh diri. Pembom bisa siapa saja. Kalau perlu orang yang tidak dikenal. Supaya tidak ada rasa cinta maupun sayang. Sedangkan orang yang masuk main program, salah satunya Saefudin dan Ibrohim pasti memiliki hubungan, baik itu pertemanan maupun saudara,” pungkas Mardigu.
Untuk mengembalikan orang yang sudah tercuci otaknya, kata penggemar film star wars ini, cukup mudah. Caranya sama seperti mereka melakukan perekrutan. Harus dilakukan pendekatan secara personal. Synap (lapisan) yang ada didalam otak harus bisa terbuka dan ditanamkan dengan nilai-nilai baru.
“Nilai-nilai yang ditanamkan jangan sampai bertentangan dengan nilai yang mereka miliki. Kalau bertentangan mereka akan melawan. Contohnya, nilai mereka jihad. Kita tidak boleh melarang mereka jihad. Tapi, diarahkan bahwa Indonesia bukan tempat jihad,” urainya.
Namun, untuk menanamkan kembali doktrin yang positif kepada pelaku teroris terkendala tempat. Pelaku teroris tidak dipisahkan dengan tahanan lainnya di dalam penjara. Padahal mereka seharusnya dipisahkan. Kalau disatukan, mereka malah bisa membuat jaringan baru. Banyak tahanan yang terpesona dengan mereka.
“Sekarang di penjara pikiran tetap sama. Tidak dilakukan pemorgraman ulang otak. Ideologi mereka tidak akan berubah. Malah makin sulit,” pungkas Mardigu seraya mengatakan sudah mengobati lebih dari 10 pelaku teroris yang tergabung dalam jaringan Noordin maupun bulan.
Dari hasil terapis yang dilakukan, aku Mardugi, dirinya mendapatkan buku pedoman atau hand book of Al-Qaeda. Dalam buku yang terdiri dari 4 bagian tersebut terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) dan teori merekrut orang dan melakukan pemboman. Setiap bagian buku diberikan penjelasan dan fungsi.
“Teroris selalu pindah-pindah. Mereka pindah tidak secara random. Ada SOPnya. Kalau secara random pasti sudah tertangkap. Kalau tinggal lebih dari 3 bulan harus memilih daerah yang dingin. Alasannya biaya rendah, aman dari peledakan, dan tidak perlu AC. Kemanapun mereka pergi pasti membaw bahan peledak yang bersifat panas. Selain itu, harus ada orang yang mengaransi. Kalau sudah aman baru pindah,” katanya.
Dalam buku tersebut juga dijelaskan mengenai target pemboman. Indonesia merupakan soft target. Sedangkan amerika hard target. Sebab, secara pribadi mereka hanya mengejar sesuatu yang berbendera Amerika dan Australia. Terlalu beresiko kalau mereka menjadikan Indonesia sebagai hard target. Mereka pasti diperangi oleh 200 juta penduduk Indonesia.
“Kalau menjadikan Indonesia sebagai hard target, mereka sudah melakukan pemboman terharap tempat-tempat startegis. Misalnya PLTA Jatiluhur. Selain itu, waktu persiapan hard target panjang,” urainya.
Mardugi berharap, suatu hari dapar bertemu langsung dengan Noordin. Dia sangat ingin melakukan penelitian terhadap Noordin. Berdasarkan data yang didapat, Noordin merupakan orang yang penuh amarah. “Noordin itu psikopat. Kalau diteliti pasti menarik,” kata Mardigu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar