BATAN Siap Bangun PLTN di Banten
TANGERANG – Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berencana membuat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Provinsi Banten. Rencananya, PLTN tersebut akan dibangun di sekitar Pantai Utara Provinsi Banten.
Kepala BATAN Hudi Hastowo mengatakan, saat ini pihaknya sedang membahas rencanya pembangunan PLTN tersebut dengan Pemprov Banten. Jika disetujui, PLTN yang akan dibangun akan menghasilkan daya listrik sebesar 1.000 Mega Watt (MW). Namun, Hudi enggan menyebutkan lokasi pasti PLTN tersebut.
“Di Banten mungkin saja dibangun PLTN. Kami sudah pernah melakukan diskusi dengan Pemprov Banten pada Selasa (29/7) lalu. Ada beberapa tempat yang dianggap bagus untuk lokasi PLTN, tapi belum pasti semuanya. Untuk membangunanya, kami harus bekerja sama dengan pemprov,” kata Hudi usai mengikuti Cross Country di Puspiptek Serpong Kabupaten Tangerang, Minggu (3/8).
Dikatakan Hudi, terdapat 13 kriteria persyaratan yang harus dipenuhi sebelum dibangun sebuah PLTN. Persyaratan tersebut diantaranya, cukup aman dari tsunami, seismologi (gempa-red), vulkanologi (gunung meletus), tidak dekat dengan lapangan terbang dan kawasan industri, tidak dekat dengan kilang minyak, serta tersedia air pendingin terutama air laut.
“Standar tersebut merupakan standar internasional yang harus dipenuhi. Makanya wilayah utara Provinsi Banten lebih berpotensi untuk dibangun PLTN ketimbang barat dan selatan. PLTN harus dibangun dekat pantai. Utara relatif tidak akan terkena tsunami,” katanya.
Dijelaskan Hudi, sesuai dengan undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional, pada tahun 2015-2020 sudah harus ada PLTN di Indonesia. Realisasinya tergantung kepada kerjasama yang dilakukan antara BATAN, pemerintah pusat, serta pemerintah daerah.
Diakuinya, biaya untuk membangun sebuah PLTN cukup besar. Untuk membangun 1 Kilo Watt (KW) daya listrik yang dihasilkan PLTN diperlukan dana sebesar 2.000-3.000 USD.
“Jika daya yang dihasilkan 1.000 MW, hitung saja sendiri dana yang dibutuhkan,” katanya.
Menurut Hudi, hingga kini, pihaknya belum mengetahui berapa luas PLTN yang akan dibangun. Tapi, radius 5 KM dari lokasi PLTN, penduduk harus jarang. Bukan berarti tidak ada, tetapi mudah untuk direlokasi.
“Yang paling penting, di Jawa Bali pada tahun 2025-2030 diperlukan 4-5 unit PLTN. Masing-masing dayanya sebesar 1.000 MW,” pungkas Hudi.
Hudi mengaku, biaya bahan bakar untuk menghasilkan listrik pada sebuah PLTN yang dayanya 1.000 MW lebih murah dan mudah ketimbang Pembangkir Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTN hanya memerlukan 30 ton uranium per tahunnya. Sedangkan PLTU memerlukan 2-3 juta ton batu bara per tahunnya.
Untuk membangun PLTU tidak memerlukan banyak persyaratan. Dalam 3-5 tahun sudah dapat beroparasi. Sedangkan membangun PLTN minimal memerlukan waktu 7 tahun.
“Kesulitan untuk membangun PLTn adalah penerimaan dari masyarakat. Mereka takut terkena radiasi dari nuklir. Ketakutan tersebut sangat berlebihan. Hal ini terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat mengenai teknologi,” papar sambil mengatakan akan terus melakukan sosialiasasi kepada masyarakat. (mg-dedi)
TANGERANG – Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berencana membuat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Provinsi Banten. Rencananya, PLTN tersebut akan dibangun di sekitar Pantai Utara Provinsi Banten.
Kepala BATAN Hudi Hastowo mengatakan, saat ini pihaknya sedang membahas rencanya pembangunan PLTN tersebut dengan Pemprov Banten. Jika disetujui, PLTN yang akan dibangun akan menghasilkan daya listrik sebesar 1.000 Mega Watt (MW). Namun, Hudi enggan menyebutkan lokasi pasti PLTN tersebut.
“Di Banten mungkin saja dibangun PLTN. Kami sudah pernah melakukan diskusi dengan Pemprov Banten pada Selasa (29/7) lalu. Ada beberapa tempat yang dianggap bagus untuk lokasi PLTN, tapi belum pasti semuanya. Untuk membangunanya, kami harus bekerja sama dengan pemprov,” kata Hudi usai mengikuti Cross Country di Puspiptek Serpong Kabupaten Tangerang, Minggu (3/8).
Dikatakan Hudi, terdapat 13 kriteria persyaratan yang harus dipenuhi sebelum dibangun sebuah PLTN. Persyaratan tersebut diantaranya, cukup aman dari tsunami, seismologi (gempa-red), vulkanologi (gunung meletus), tidak dekat dengan lapangan terbang dan kawasan industri, tidak dekat dengan kilang minyak, serta tersedia air pendingin terutama air laut.
“Standar tersebut merupakan standar internasional yang harus dipenuhi. Makanya wilayah utara Provinsi Banten lebih berpotensi untuk dibangun PLTN ketimbang barat dan selatan. PLTN harus dibangun dekat pantai. Utara relatif tidak akan terkena tsunami,” katanya.
Dijelaskan Hudi, sesuai dengan undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional, pada tahun 2015-2020 sudah harus ada PLTN di Indonesia. Realisasinya tergantung kepada kerjasama yang dilakukan antara BATAN, pemerintah pusat, serta pemerintah daerah.
Diakuinya, biaya untuk membangun sebuah PLTN cukup besar. Untuk membangun 1 Kilo Watt (KW) daya listrik yang dihasilkan PLTN diperlukan dana sebesar 2.000-3.000 USD.
“Jika daya yang dihasilkan 1.000 MW, hitung saja sendiri dana yang dibutuhkan,” katanya.
Menurut Hudi, hingga kini, pihaknya belum mengetahui berapa luas PLTN yang akan dibangun. Tapi, radius 5 KM dari lokasi PLTN, penduduk harus jarang. Bukan berarti tidak ada, tetapi mudah untuk direlokasi.
“Yang paling penting, di Jawa Bali pada tahun 2025-2030 diperlukan 4-5 unit PLTN. Masing-masing dayanya sebesar 1.000 MW,” pungkas Hudi.
Hudi mengaku, biaya bahan bakar untuk menghasilkan listrik pada sebuah PLTN yang dayanya 1.000 MW lebih murah dan mudah ketimbang Pembangkir Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTN hanya memerlukan 30 ton uranium per tahunnya. Sedangkan PLTU memerlukan 2-3 juta ton batu bara per tahunnya.
Untuk membangun PLTU tidak memerlukan banyak persyaratan. Dalam 3-5 tahun sudah dapat beroparasi. Sedangkan membangun PLTN minimal memerlukan waktu 7 tahun.
“Kesulitan untuk membangun PLTn adalah penerimaan dari masyarakat. Mereka takut terkena radiasi dari nuklir. Ketakutan tersebut sangat berlebihan. Hal ini terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat mengenai teknologi,” papar sambil mengatakan akan terus melakukan sosialiasasi kepada masyarakat. (mg-dedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar